Berita Ragam

Cerita Warga Suku Baduy Pertama yang Peluk Agama Islam dan Naik Haji. Dari Resah sampai dapat Hidayah

3 menit

Merasa mendapat hidayah, seorang warga Suku Baduy bernama Amad Salim akhirnya masuk Agama Islam. Kabarnya, ia menjadi orang pertama dari Suku Baduy yang menjadi seorang muslim.

Amad Salim adalah seorang warga Baduy biasa yang tinggal jauh dari wilayah perkotaan.

Sejak lahir, dia dibesarkan di Kampung Baduy Luar, Desa Kanekes, Cibulegeur, Rangkasbitung.

Tinggal jauh dari hiruk pikuk perkotaan, ternyata tidak menghalangi datangnya hidayah pada diri Amad Salim.

Cerita Warga Suku Baduy Pertama yang Masuk Islam

ilustrasi warga Suku Baduy Luar

sumber: okezone.com

Amad bercerita, bahwa sejak tinggal di desa tempat kelahirannya itu, dia telah bergaul dengan orang yang beragama Islam.

Namun, saat itu dia belum tertarik untuk masuk Islam.

Keinginannya masuk agama Islam timbul ketika dia merasa semakin resah dan terbelenggu oleh adat Suku Baduy di tempatnya tinggal.

Berbagai pelarangan terhadap warga Baduy membuat hatinya terusik dan dipenuhi tanda tanya.

Misalnya, warga desa Baduy dilarang sekolah, padahal warga desa lainnya sudah diwajibkan menempuh pendidikan formal.

Kemudian, dia juga heran mengenai aturan warga Baduy yang tidak boleh ke puskesmas jika sakit.

Alhasil, warga Baduy pun hanya mengandalkan obat-obatan tradisional atau memanggil dukun ketika ada warga yang sakit.

Sampai sekarang, warga Baduy pun tidak mau menerima modernisasi.

Mereka masih hidup tanpa listrik, tidak menumpangi mobil, membangun rumah dari kayu, dan tidak bersekolah.

Mengenai kepercayaan, mereka masih memegang teguh tradisi Sunda Wiwitan.

“Padahal saya melihat tetangga desa sebelah memiliki tv dan kendaraan roda dua. Anak-anaknya juga sekolah,” kata Amad, dikutip dari Okezone.com, Kamis (16/4/2021).

Merasa tersiksa dengan adat seperti itu, menjadi salah satu faktor tergeraknya hati Amad untuk memeluk agama Islam.

Merasa hidayah itu mulai menghampirinya, Amad kemudian berbicara dengan beberapa temannya.

Tidak lama setelahnya, Amad mengucapkan syahadat di kantor desa, dibimbing oleh pegawai Departemen Agama di Rangkasbitung, Isnaeni, pada tahun 1987.

“Saya masuk Islam karena hidayah dari Allah,” ujarnya.

Setelah dirinya memeluk Agama Islam, beberapa warga Baduy lainnya mengikuti jejaknya.

Sampai akhirnya, di tahun yang sama, Amad dan beberapa warga Baduy yang telah memeluk Islam dimukimkan oleh Departemen Sosial di Margaluyu.

Ada sekira 80 kepala keluarga yang terdiri dari 200 orang pindah ke Margaluyu.

Namun, hanya 47 kepala keluarga yang bertahan.

Sementara, sisanya kembali lagi ke Baduy Luar.



Terus Memperdalam Agama Islam

ilustrasi warga Baduy yang telah memeluk agama Islam

sumber: Suara.com

Perjuangan Amad dan beberapa warga untuk meningkatkan minat warga yang telah memeluk Islam terus belajar agama tidak mudah.

Setiap malam, warga Baduy yang telah memeluk agama Islam mengadakan acara membaca surat Yasin dari rumah ke rumah.

Kegiatan pengajian ini pun diarasa kurang memuaskan warga yang telah mualaf tersebut.

Mereka ingin ada sebuah masjid berdiri di perkampungan tempatnya bermukim.

Amad dan beberapa warga pun mengajukan proposal kepada Pemkab Rangkasbitung untuk pembangunan masjid.

Pada akhir tahun 1987, akhirnya Departemen Agama membangun masjid untuk warga.

Meski masjid telah berdiri, permasalahan warga belum usai.

Mereka belum memiliki ustaz yang berasal dari kalangan warga suku Baduy.

Akhirnya mereka terpaksa selalu memanggil ustaz yang berasal dari desa sekitar dan Yayasan Jamiati Washliah.

Berangkat Ibadah Haji

ilustrasi naik haji

Setelah beberapa warga desa mulai menjalankan agama Islam secara baik, Amad mengaku sangat senang.

Namun, saat itu masih ada yang mengganjal di hatinya.

Sang ayah yang merupakan mantan kepala desa Baduy Luar, belum memeluk agama Islam.

Amad mengatakan, dia berdoa siang dan malam agar sang ayah juga diberikan hidayah untuk mengucapkan syahadat.

Singkat cerita, akhirnya sang ayah memutuskan masuk agama Islam.

Kemudian, tidak perlu waktu lama, Kantor Departemen Agama di Rangkasbitung mengajak sang ayah untuk menunaikan ibadah haji.

Sang ayah pun tercatat sebagai warga Suku Baduy pertama yang menunaikan ibadah haji.

Sayangnya, usia sang ayah tidak panjang.

Selang tiga tahun setelah naik haji, ayah Amad meninggal dunia.

Amad sendiri, akhirnya berhasil menunaikan ibadah haji pada tahun 1990.

Saat itu, dia merasa takjub menyaksikan banyak umat Islam dari berbagai penjuru dunia bersatu di Makkah.

”Ketika naik haji, saya merasa aneh karena beda alam. Di sini dingin, di Arab panas, cuma ada batu dan gunung,” katanya.

Gelar haji yang kini disandangnya, diakuinya menjadi motivasi untuk terus melakukan syiar agama Islam.

***

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Sahabat 99 ya!

Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.

Kamu sedang mencari rumah di Tangerang?

Bisa jadi Kiara Payung Barat Residence adalah jawabannya!

Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!




Theofilus Richard

Penulis konten | Semoga tulisanku berkesan buat kamu

Related Posts