Utang Luar Negeri (ULN) RI kuartal ini kembali naik, angkanya mencapai ribuan triliun. Bagaimana nasib rakyat Indonesia? Baca selengkapnya di sini!
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia mencatat Utang Luar Negeri tanah air kini sudah mencapai US$391,8 milIar atau setara dengan Rp5.485 Triliun.
Jumlah ini naik sebanyak 10,1 persen, lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya yang hanya 8,1 persen.
Jumlah ini ditetapkan setelah Juni 2019.
Mendengar berita ini sontak banyak rakyat Indonesia yang merasa kaget.
Bagaimana berita dan detail selengkapnya?
Berikut adalah keterangan langsung dari Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko.
Rincian Utang Luar Negeri RI Menurut Bank Indonesia
Menurut data yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), ULN sudah termasuk utang bank sentral dan pemerintah yang berjumlah US195,5 miliar, atau sebesar Rp2.727 triliun.
Mereka juga meyatakan bahwa utang swasta BUMN juga sudah termasuk dan mencapai nominal Rp2,748 triliun.
Dikutip dari cnnindonesia.com, Bank Indonesia menyatakan bahwa pertumbuhan utang negeri ini dipengaruhi oleh adanya transaksi penarikan neto ULN.
Tak hanya itu, nilai tukar rupiah dengan dolar Amerika Serikat yang semakin menguat pun ditengarai menjadi faktor lain.
Baca Juga:
Lahan Nganggur 980 Ribu Ha Siap Jokowi Bagikan untuk Masyarakat
Hal-hal ini pun mengakibatkan utang dalam rupiah yang jadinya terlihat lebih tinggi dibanding uang nominal AS.
Selain itu, Utang Luar Negeri pun terdorong oleh utang pemerintah yang naik menjadi 9,1 persen.
Jumlah ini naik sebanyak 7,3 persen dari kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan utang negara ini sejalan dengan persepsi para investor asing yang positif ketika mengurus ekonomi RI.
Onny juga menyatakan bahwa utang ini dipakai untuk membiayai banyak pembangunan dalam negeri yang berskala besar.
Tujuannya sendiri ialah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanah air dan juga menjaga sekaligus meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat.
Lambatnya Pertumbuhan Utang Swasta Menjadi Salah Satu Sebab
Sebelum menutup pernyataannya Onny membenarkan kabar bahwa sektor jasa sosial dan kesehatan menyumbang18,9 persen dari total utang pemerintah.
Ia juga mengkonfirmasi jasa pendidikan (15,9 persen), jaminan sosial wajib (15,2 persen), sektor konstruksi (16,4 persen), administrasi pemerintah jasa keuangan, asuransi, dan pertahanan sebagai bagian dari utang tersebut.
Biaya pembangunan negeri bukanlah satu-satunya sebab di balik Utang Luar Negeri RI.
Utang swasta yang berjalan lambat pun menjadi salah satu faktornya.
Realisasi utang swasta hanya tumbuh 11,4 persen dibandingkan tahun lalu yang berhasil diam di 13,3 persen.
Pertumbuhan utang swasta yang lambat tersebut disebabkan oleh meningkatnya bayaran pinjaman koperasi…
…yang didominasi oleh asuransi, pengadaan listrik, gas, uap, penggalian, industri pengolahan, dan masih banyak lagi.
Baca Juga:
Semoga bermanfaat artikelnya ya, Sahabat 99!
Jangan lupa untuk pantau terus informasi penting seputar properti lewat Blog 99.co Indonesia.
Tak lupa, pastikan kamu menemukan properti idaman di www.99.co/id.