Tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 lalu, menjadi sorotan tak hanya di Indonesia, tapi juga seluruh dunia.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), daftar korban tewas mencapai 400 lebih jiwa, hampir 1500 orang luka-luka, dan 159 belum ditemukan.
Sementara itu, per 26 Desember 2018, total 942 unit rumah rusak, 73 penginapan rusak, 60 warung rusak, 1 dermaga rusak dan 1 shelter rusak.
Melihat kondisi tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Menteri Basuki Hadimuljono tengah menyusun rencana guna membenahi hal tersebut
Pembangunan Rumah Jauh dari Lokasi Tsunami Selat Sunda
Urbanites, dilansir dari ANTARA, Kementerian PUPR berencana membangun rumah khusus atau rusus bagi warga yang huniannya rusak akibat tsunami Selat Sunda.
Pembangunan tersebut ternyata tidak dilakukan di area yang sama, namun dilakukan berdasarkan relokasi.
Hal itu terjadi karena sejumlah rumah yang rusak dibangun benar-benar di pinggir pantai, alias hanya berjarak tipis.
“Itu (rumah) cuma 5 meter dari pantai yang hancur, betul-betul bibir pantai. Jadi bahaya, apalagi yang persis menghadap Krakatau,” kata Basuki, di Gedung Utama Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis (27/12).
Sambil melakukan sinkronisasi data rumah yang rusak, pihak Kementerian PUPR tengah berusaha mencari lokasi baru untuk membangun rumah khusus buat para korban tersebut.
Basuki menambahkan bahwa menurut aturan tata ruang, pembangunan rumah sudah diatur terkait sepandan pantai atau jarak aman untuk mendirikannya dari bibir pantai.
Bangunan-bangunan yang terkena terjangan tsunami Selat Sunda, diindikasi melanggar aturan tata ruang tersebut.
“Jadi tidak bisa harus 200 meter semuanya dari bibir pantai, ada kriteria berdasarkan intensitas bahayanya. Tapi kalau yang berhadapan langsung dengan Krakatau, mestinya agak jauh,” tutur Basuki.
Tsunami Ratakan Dua Kampung di Lampung Selatan
Masih dilansir dari ANTARA, dampak tsunami Selat Sunda mulai tampak signifikan setelah beberapa hari berlalu.
Diketahui bahwa tsunami meratakan dua desa di pesisir pantai, yakni Desa Kunjir dan Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
Sejumlah pemukiman warga serta sejumlah objek wisata yang terkenal di sekitar pemukiman tersebut, hancur berantakan dihantam gelombang laut tinggi.
Hampur semua rumah telah rata dengan tanah dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.
Sampai sekarang, data mencatat bahwa kedua desa tersebut memang mengalami kerusakan yang paling parah akibat dampak tsunami.
Diperkirakan pula puluhan bahkan hingga ratusan kapal serta kendaraan roda dua maupun empat tersapu hingga beberapa ratus meter ke laut.
Sementara tak jauh dari sana, tepatnya Dermaga Bom, Kalianda, puluhan rumah warga sekitar serta ratusan kapal nelayan hancur.
Korban jiwa akibat tsunami Selat Sunda di kedua kawasan ini mencapai ratusan orang…
Dengan ribuan warga masih harus mengungsi sampai sekarang.
***
Urbanites, bagi Anda yang tinggal di wilayah sekitar terdampak tsunami Selat Sunda, tetaplah tenang namun waspada.
Selain mengantisipasi kejadian serupa berulang, meningkatnya aktivitas Anak Gunung Krakatau turut menjadi perhitungan yang tak boleh diremehkan.
Simak informasi selanjutnya, hanya di 99.co.