Berita Ragam

Miris, 20 Staf WHO Perkosa Puluhan Gadis di Kongo. Korban Hamil dan Dipaksa Gugurkan Kandungan!

2 menit

Baru-baru ini, tengah beredar kabar bahwa puluhan staf WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia melakukan pelecehan dan eksploitasi seksual selama krisis Ebola di Republik Demokratik Kongo.

Dugaan ini ditemukan oleh Thomson Reuters Foundation dan The New Humanitarian selama 2018-2020.

Dalam laporannya, terdapat lebih dari 50 wanita melaporkan pekerja bantuan dari WHO dan badan amal lainnya melakukan barter seks yang ditukar dengan imbalan pekerjaan.

Dilakukan oleh Staf WHO

who

sumber: semarangku.pikiran-rakyat.com

Melansir dari Reuters, komisi independen menemukan bahwa 21 dari 83 tersangka pelaku dipekerjakan oleh WHO.

Pelecehan yang dilakukan bahkan berupa tindakan pemerkosaan yang dilakukan oleh staf nasional dan internasional.

“Para korban diduga dijanjikan pekerjaan sebagai imbalan hubungan seksual atau untuk mempertahankan pekerjaan mereka,” kata anggota komisi Malick Coulibaly dalam konferensi pers, Selasa (28/9/2021).

Pelaku Tidak Memakai Alat Kontrasepsi

Kabarnya, banyak dari pelaku laki-laki menolak menggunakan alat kontrasepsi.

Dengan begitu, 29 dari perempuan akhirnya hamil dan beberapa dipaksa untuk menggugurkan kandungan oleh pelaku.

Kemudian, dalam laporan tersebut, terdapat korban termuda yang merupakan gadis berumur 14 tahun.

Ia mengatakan kepada sedang menjual kartu isi ulang telepon di pinggir jalan pada April 2019 di Mangina.




Saat itu seorang pengemudi WHO menawarinya tumpangan pulang.

Namun, bukannya mengantar ke rumah, si pengemudi malah membawanya ke hotel.

Pelaku memperkosanya hingga gadis remaja itu melahirkan seorang anak.

Korban yang Menolak Akan Dipecat

relawan who

sumber: unv.org

Beberapa wanita yang bekerja untuk staf WHO itu mengatakan bahwa mereka dilecehkan secara seksual oleh pria yang menjabat sebagai pengawas.

Kemudian, pelaku memaksa mereka berhubungan badan agar korban bisa terus bekerja, mendapatkan upah, atau mendapatkan gaji yang lebih tinggi.

Namun, bagi pihak yang keberatan, mereka akan diancam untuk dipecat.

Respons Petinggi WHO

Diketahui, penanganan wabah ebola di Kongo berakhir setelah dua tahun dengan korban tewas lebih dari 2.200 orang.

Kongo dan lembaga bantuan lainnya berjanji untuk menyelidiki insiden seks, sedangkan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam keras peristiwa memalukan di Kongo ini.

Dia berjanji tidak menoleransi pelecehan seksual dan meminta maaf kepada para korban.

“Itu tidak bisa dimaafkan. Prioritas utama saya adalah memastikan bahwa para pelaku tidak dimaafkan tetapi dimintai pertanggungjawaban,” tutupnya.

***

Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Sahabat 99.

Jangan lupa pantau terus artikel menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.

Sedang mencari rumah impian?

Kunjungi 99.co/id dan temukan berbagai proyek menarik, seperti Citragrand Cibubur!




Gadis Saktika

Penulis konten di 99.co Indonesia yang senang menyelami topik politik, properti, dan KPOP.

Related Posts