Sekolah hingga layanan pemerintahannya perlahan tutup, Sri Lanka kini dinyatakan bangkrut akibat krisis berkepanjangan. Konon, akar masalahnya adalah utang luar negeri kepada China. Berikut informasi selengkapnya!
Sri Lanka tengah mengalami krisis ekonomi terburuk.
Selama delapan bulan berturut-turut, mereka mengalami inflasi hingga kini negara lumpuh.
Efeknya, pemerintah mulai menghentikan layanan umum yang mereka anggap tidak penting seperti sekolah.
Saking buruknya kondisi ekonomi di Sri Lanka, mereka sampai dinyatakan telah bangkrut.
Yuk, simak ulasan lebih jelasnya berikut ini!
Sri Lanka Bangkrut Akibat Utang Luar Negeri
Menurut informasi di laman detik.com, kebangkrutan Sri Lanka ini adalah akibat utang luar negeri.
Pemerintahnya gagal membayar utang sebesar US$51 miliar atau Rp729 triliun (kurs Rp14.300,-).
Ini berujung pada habisnya devisa yang menyebabkan kekurangan makanan dan bahan bakar minyak.
Tidak hanya itu, terjadi pemadaman listrik berkepanjangan yang membawa penderitaan kepada 22 juta orang penduduknya.
Menariknya, salah satu utang yang menyebabkan negara bangkrut ternyata berasal dari negara China.
Setidaknya seperenam dari total utang luar negeri Sri Lanka berasal dari pinjaman ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Lebih tepatnya, utang mereka ke Beijing mencapai US$8 miliar atau setara Rp114,4 triliun.
Dana tersebut merupakan modal untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, bandara, pembangkit listrik, dan lainnya.
Sayangnya, proyek-proyek tersebut ternyata malah menjadi “gajah putih”, yakni sesuatu yang terlihat berharga meski sebenarnya merugikan.
Selain masalah utang, pemasukan negara dari sektor wisata juga menurun akibat pandemi Covid-19.
Hal inilah yang mendorong tingkat inflasi negara melonjak hingga angka 33 persen.
Akankah Indonesia Bernasib Sama?
Berbicara mengenai utang luar negeri ke China, tentu mengingatkan kita akan kondisi Indonesia.
Pasalnya, negara kita juga memiliki kredit yang cukup besar ke negeri Tirai Bambu itu.
Menurut informasi di laman kompas.com, nilai utang ini mencapai US$22 miliar atau setara Rp322 triliun dengan asumsi nilai tukar yang sama.
Ini jauh lebih besar daripada utang Sri Lanka ke China yang gagal mereka bayar.
Namun, jika berpegang pada pernyataan Sri Mulyani dalam UI International Conference on G20, posisi Indonesia masih aman.
Ini karena pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 masih berjalan dengan baik.
Pemasukan negara bisa menahan lonjakan inflasi akibat kenaikan harga energi dan pangan di seluruh dunia.
“Dengan penerimaan yang kuat dari commodity boom, rasio utang kita terhadap PDB sebenarnya telah turun 13 persen,” kata Sri Mulyani dilansir dari cnbcindonesia.com, Kamis (23/6/2022).
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kondisi ini jauh lebih baik dari negara lainnya.
***
Semoga informasi di atas bermanfaat untukmu, Sahabat 99.
Pantau terus informasi penting seputar properti lewat Berita 99.co Indonesia.
Kamu tertarik untuk tinggal di kawasan Botania Lake Residence?
Temukan penawaran menariknya di 99.co/id dan Rumah123.com yang selalu #AdaBuatKamu!