Berita Ragam

Sindir Muslim Indonesia, Soekarno Sebut Islam Sontoloyo. Apa Maksudnya?

2 menit

Sang Bapak Proklamator, Bung Karno, pernah berkata Islam Sontoloyo yang tentu saja menuai kontroversi besar pada masa itu. Namun, kenapa ia berkata demikian?

Ir. Soekarno mengatakan Islam sontoloyo melalui sebuah artikel yang dimuat di surat Kabar Pemandangan pada tahun 1940.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sontoloyo adalah kata cakapan yang mengandung arti konyol, tidak beres, bodoh (dipakai sebagai kata makian).

Kata ‘sontoloyo’ memang terdengar kata yang sangat kasar untuk disandingkan dengan nama agama.

Namun di balik itu, Bung Karno ternyata memiliki alasan tersendiri kenapa ia sampai berkata demikian.

Soekarno Bilang Islam Sontoloyo

buku islam sontoloyo

sumber: goodreads.com

Dalam acara “Inspirasi Ramadhan” dengan tema Inspirasi Keteladanan Islam Bung Karno yang diunggah oleh akun YouTube BKN PDIP, Sejarawan Islam Zainul Milal Bizawie mengupas maksud Islam sontoloyo yang disebut oleh Bung Karno.

Tulisan berjudul “Islam Sontoloyo” karya Bung Karno menuai kontroversi yang hebat pada era prakemerdekaan.

Menurut Zainal, tulisan tersebut adalah salah satu karya autokritik agar umat Islam Indonesia memiliki pemikiran yang maju dan tidak kuno.

Karya kontroversial itu pun menyimpan cita-cita Soekarno yang menginginkan Islam menjadi agama yang maju, sehingga menjadikannya sebagai api sejarah peradaban.

“Bung Karno sangat ingin Islam sebuah kemajuan. Oleh karena itu, Bung Karno melihat Islam ini sebagai sebuah api Islam atau api sejarah,” ungkapnya dalam siaran persnya.

Ia pun menjelaskan bahwa istilah ‘Islam Sontoloyo’ yang dipilih Soekarno memang menuai kontroversi pada zamannya.

Namun, ia mengingatkan jangan terjebak terhadap kata tersebut.



“Jadi, memahami kata itu jangan langsung buat Islamya yang sontoloyo. Akan tetapi, muslimnya yang sontoloyo,” tuturnya.

Zainul menjelaskan bahwa tujuan Soekarno menulis hal tersebut adalah sebagai upaya untuk membuka pikiran muslim Indonesia agar lebih maju.

“Saya kira maksud dari Bung Karno ini arahnya adalah sebagai seorang muslim bangsa Indonesia ini jangan hanya mengimpor sesuatu yang lama saja tanpa ada perubahan-perubahan, harus fleksibel harus elastis harus meramu kembali ajaran Islam ini sehingga kontekstual dan bisa menjawab tantangan-tantangan bangsa,” kata Zainul.

Bung Karno memandang Islam sebagai agama yang memiliki fleksibilitas, dimaisitas, dan progresivitas.

Ada paham-paham yang sudah pakem, namun di sisi lain juga ada yang dapat diubah sesuai konteksnya.

***

Semoga bermanfaat, Sahabat 99.

Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.

Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Griya Reja Residence!




Alya Zulfikar

Berkarier di dunia kepenulisan sejak 2018 sebagai penulis lepas. Kini menjadi penulis di 99 Group dengan fokus seputar gaya hidup, properti, hingga teknologi. Gemar menulis puisi, memanah, dan mendaki gunung.
Follow Me:

Related Posts