Sindrom iritasi usus besar secara umum memiliki beberapa kesamaan gejala dengan kanker usus. Untuk mengetahuinya, kenali perbedaan kedua penyakit tersebut di sini!
Sindrom iritasi usus atau irritable bowel syndrom (IBS) merupakan iritasi yang umum terjadi pada usus besar.
IBS memang tidak menyebabkan perubahan struktur jaringan usus dan tidak berpengaruh pada meningkatnya risiko kanker usus besar
Meski demikian, diperlukan perhatian lebih karena sindrom ini memiliki gejala yang serupa dengan kanker ini.
Sebelum mengetahui apa perbedaan gejala IBS dan kanker usus, mari ketahui terlebih dahulu penyebab dari IBS.
Penyebab Sindrom Iritasi Usus Besar
Sebenarnya, hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti dari sindrom iritasi usus.
Namun, ada beberapa faktor yang berperan penting terhadap terjadinya sindrom iritasi usus:
-
Kontraksi Otot Usus
Kontraksi otot di usus dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya IBS.
kontraksi pada otot dinding usus yang lebih kuat dari biasanya dapat menyebabkan penumpukan gas, kembung, dan diare.
Sementara itu, kontraksi yang lebih lemah dapat menyebabkan makanan menjadi sulit lewat di usus dan terjadi konstipasi alias susah buang air besar.
-
Sistem Saraf
Abnormalitas saraf pada sistem pencernaan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut.
Hal ini dapat membuat pembentukan gas berlebih dan menjadi pemicu terjadinya iritasi pada usus.
-
Peradangan pada Usus
Beberapa orang dengan sindrom iritasi usus menunjukkan peningkatan sel radang pada usus.
Peningkatan sel ini berhubungan dengan terjadinya diare dan sakit perut.
-
Infeksi Berat
Selain terjadinya peradangan dan kontraksi di usus, sindrom iritasi usus juga dapat terjadi setelah infeksi berat.
Hal ini dapat terjadi karena adanya bakteri atau virus dari diare yang sebelumnya ada.
-
Perubahan Flora Normal di Usus
Flora normal merupakan bakteri baik yang terdapat di usus.
Saat terjadi ketidakseimbangan jumlah bakteri baik dalam usus, sindrom iritasi usus dapat terjadi.
Kategori Sindrom Iritasi Usus Besar
IBS dibagi menjadi tiga kategori, yakni
- gejala dominan diare;
- gejala dominan konstipasi; dan
- gejala campuran.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab sindrom usus besar yang di antaranya adalah sebagai berikut:
Sigmoidoskopi
Caranya adalah dengan memasukkan kamera ke dalam anus untuk melihat permukaan di area sigmoid.
Kolonoskopi
Caranya dengan memasukkan kamera ke dalam anus, untuk melihat permukaan seluruh usus besar.
Foto rontgen atau CT Scan
Cara ini digunakan untuk melihat penyebab lain dari sindrom iritasi usus.
Dokter dapat menambahkan cairan kontras barium untuk melihat struktur usus secara lebih spesifik.
Faktor Risiko Sindrom Iritasi Usus
Beberapa orang kadang merasa memiliki gejala dan tanda dari sindrom iritasi usus.
Untuk mengetahuinya kamu harus mengenali apa saja faktor risiko yang dapat memicu terjadinya sindrom ini.
Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko dari sindrom iritasi usus adalah sebagai berikut:
1. Usia
Usia memang bukan faktor utama seseorang terkena penyakit.
Siapapun dengan usia berapapun bisa saja sakit.
Namun, sindrom iritasi usus sendiri lebih banyak terjadi di usia muda.
Orang-orang dengan usia di bawah 50 tahun rentan mengalami penyakit ini.
2. Perempuan
Selain usia, jenis kelamin juga memengaruhi dan dapat menjadi faktor risiko terjadinya IBS.
Menurut penelitian, perempuan lebih banyak mengalami sindrom iritasi usus.
Namun, estrogen sebelum dan setelah menopause sendiri dapat meningkatkan risiko sindrom iritasi usus.
3. Riwayat Keluarga dengan Sindrom Iritasi Usus
Sindrom iritasi usus besar termasuk dalam penyakit keturunan.
Keluarga dengan riwayat sindrom iritasi usus dapat menurunkan gen yang memiliki sifat yang sama untuk meningkatkan risiko pada generasi berikutnya.
4. Riwayat Gangguan Jiwa
Selain itu, masalah mental juga dapat menjadi faktor yang berisiko terjadinya sindrom ini.
Kecemasan, depresi, stres, dan gangguan jiwa lainnya dapat berhubungan dengan kejadian sindrom iritasi usus.
Perbedaan Gejala Sindrom Iritasi Usus Besar & Kanker Usus
Gejala Sindrom Iritasi Usus Besar
Sindrom iritasi usus memiliki tanda dan gejala yang beragam.
Adapun gejala yang sering muncul seperti
- nyeri perut;
- kram perut;
- perut kembung;
- sembelit;
- diare;
- diare atau konstipasi bahkan keduanya; serta
- terdapat lendir dalam tinja.
Sebagian besar penderita sindrom iritasi usus mengalami gejala yang hilang timbul dengan tingkat keparahan beragam dari yang sangat berat hingga hilang sama sekali.
Gejala Kanker Usus
Pada kanker usus, biasanya gejala akan terlihat setelah kanker berkembang pada tahap lanjut.
Itu sebabnya pengobatan penyakit ini seringkali tidak memberikan hasil efektif.
Gejala kanker usus besar bisa berupa munculnya perubahan kebiasaan buang air besar yang berlangsung selama beberapa hari.
Gejala yang tampak antara lain
- kram atau nyeri perut;
- sembelit;
- tinja berwarna gelap atau darah pada tinja;
- diare;
- kelebihan gas;
- kelelahan;
- ada perasaan bahwa buang air besar tidak lengkap;
- penyempitan tinja;
- pendarahan rektal; dan
- terjadi penurunan berat badan secara drastis.
Perbedaan Sindrom Iritasi Usus Besar & Kanker Usus
Kanker usus dan sindrom iritasi usus besar sama-sama bisa menyebabkan kram perut atau nyeri.
Selain itu, kedua penyakit ini dapat mengubah kebiasaan buang air besar dalam beberapa hari.
Kedua penyakit ini juga bisa menyebabkan sembelit dan diare serta penumpukan gas di perut.
Gejala yang membedakan adalah sindrom iritasi usus besar tidak menyebabkan keluarnya darah pada tinja.
Tidak hanya itu, infeksi ini pun tidak menyebabkan kelelahan ekstrem dan turunnya berat badan secara drastis dan juga tidak menyebabkan pendarahan di area rektal.
Sindrom iritasi usus besar biasanya dapat dikelola dengan perubahan pola makan dan gaya hidup sehat.
Pasalnya, sindrom ini pada dasarnya tidak meningkatkan peluang untuk mengalami kanker usus.
Namun, karena gejala keduanya secara umum terlihat sama, kita memerlukan bantuan dokter untuk menentukan diagnosis yang tepat.
Cara Mencegah Sindrom Iritasi Usus Besar
Pada dasarnya, IBS merupakan penyakit yang berhubungan dengan mental.
Untuk mencegahnya sindrom ini terjadi, langkah yang bisa kamu lakukan adalah meredakan stres dan mengubah gaya hidup.
Saat kamu merasa stres, daya tahan tubuh akan menurun.
Kondisi ini membuat kamu mudah terserang berbagai penyakit.
Untuk menyiasatinya, kamu bisa berkonsultasi dengan konselor.
Seorang konselor dapat membantu meredakan stres sebagai salah satu faktor risiko sindrom iritasi usus.
Dengan hilangnya stres, kesehatan saluran cerna juga akan ikut terjaga.
Selain itu, lakukan beberapa langkah pencegahan agar terhindar dari sindrom iritasi usus besar:
- Membatasi konsumsi kopi, teh dan soda.
- Membatasi produk olahan susu atau keju.
- Makan dalam porsi yang kecil tetapi sering.
- Membuat catatan makanan yang dapat memicu sindrom iritasi usus, kemudian menghindari makanan tersebut.
***
Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk pengetahuan Sahabat 99!
Baca juga artikel menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Ingin miliki rumah masa depan modern di Cluster Starling Summarecon Serpong?
Pastikan hanya mencarinya di 99.co/id, ya!