Sejarah Pancasila perlu dikenang oleh warga negara Indonesia untuk memahami betapa beratnya meraih sebuah kemerdekaan hingga terbentuk sebuah negara.
Bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah diraih secara cuma-cuma, tapi melalui tumpah darah dan perjuangan panjang.
Sebagai dasar negara, Pancasila berperan sebagai pedoman hidup yang menyatukan keragaman budaya Indonesia.
Setiap nilai dalam dasar negara tersebut memiliki nilai-nilai Pancasila yang selayaknya diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bung Karno pernah berkata, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah,” yang kemudian dikenal dengan istilah Jas Merah.
Sejarah Pancasila
Menurut sejarah, kata “pancasila” terdapat dalam kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular dalam bahasa Sansekerta.
Mpu Tantular sendiri merupakan seorang pujangga ternama Sastra Jawa yang hidup pada abad ke-14 di Kerajaan Majapahit.
Terkait kata pancasila, sejarawan tidak menemukan dokumen lain yang memuat kata tersebut selain di dalam kitab Sutasoma.
Menurut kitab tersebut, pancasila merupakan batu yang memiliki lima buah sendi dan sebagai kata kerja yang artinya menjalankan lima nilai kesusilaan.
Lima nilai kesusilaan yang tercantum dalam kitab tersebut adalah:
- Tidak boleh melakukan kekerasan
- Tidak boleh mencuri
- Tidak boleh dengki
- Tidak boleh berbohong
- Tidak boleh minum minuman keras
Dari kitab Sutasoma, Soekarno sang proklamator mendapat ilham yang akhirnya terciptalah sebuah ideologi negara dengan nama Pancasila.
Ilham tersebut didapatkan ketika Soekarno dibuang ke Flores, sebab pada masa pembuangan tersebut ia banyak menulis dan merenung di bawah pohon.
Soekarno dan H.O.S Tjokroaminoto kemudian memperkenalkan istilah Pancasila kepada masyarakat melalui pidato-pidato besarnya.
Sejarah Pancasila melalui proses perumusan panjang yang disusun pada masa BPUPKI dan PPKI.
Ketika Indonesia telah merdeka, Soekarno menjadi sosok yang lantang menyuarakan Pancasila, termasuk kepada dunia dalam sidang PBB.
Sejarah Perumusan Pancasila
1. Sidang 29 Mei 1945
Dalam sidang pertama BPUPKI, Mohammad Yamin mendapatkan kesempatan pertama untuk berpidato sekaligus menyampaikan lima sila yang diusulkannya.
Lima sila tersebut mencakup peri kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan bagi rakyat.
Setelah selesai pidato, kemudian ia menyusun rancangan UUD yang mencakup lima asas:
- Ketuhanan
- Kebangsaan
- Kemanusiaan
- Kerakyatan dengan permusyawaratan
- Keadilan sosial
2. Sidang 31 Mei 1945
Setelah sidang pertama, sidang kedua diselenggarakan dua hari kemudian dengan agenda membahas perumusan Pancasila.
Dalam sidang kedua ini, Soepomo berkesempatan untuk menyampaikan usulan lima asas negara.
Asas tersebut meliputi keseimbangan lahir batin, persatuan, musyawarah, kekeluargaan, dan keadilan rakyat.
3. Sidang 1 Juni 1945
Sidang ketiga dilaksanakan sehari setelah sidang kedua dengan agenda yang sama, yakni membahas rumusan Pancasila.
Dalam sidang ketiga ini Soekarno menyampaikan pidato mengenai usulan negara yang mencakup kebangsaan Indonesia, kemanusiaan (internasionalisme), demokrasi (mufakat), kesejahteraan sosial, dan ketuhanan YME.
Sidang ini, tepatnya pada tanggal 1 Juni, kemudian dikenal sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Usulan dari tiga tokoh besar masa kemerdekaan Indonesia kemudian ditampung dan dibahas oleh Panitia Sembilan.
4. Sidang 22 Juni 1945
Sidang pada tanggal 22 Juni 1945 merupakan sidang Panitia Sembilan dengan agenda membahas naskah rancangan pembukaan UUD, dikenal juga sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Isi dari Piagam Jakarta adalah:
- Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam permusaywaratan/perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sidang ini merupakan akhir dari perumusan awal Pancasila dan kemudian resmi dijadikan sebagai dasar negara.
5. Sidang 18 Agustus 1945
Sehari setelah proklamasi, PPKI menyempurnakan hasil rumusan Pancasila dan UUD, yakni mengubah sila pertama.
Muhammad Hatta mengganti sila pertama menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Pada awalnya, penggantian sila ini menuai perdebatan dan pertentangan. Namun, sila tersebut merupakan bentuk menghargai kemajemukan Indonesia.
6. Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968
Setelah adanya penggantian sila, ternyata masih banyak keberagaman pengucapan dari isi Pancasila.
Oleh karena itu akhirnya Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No.12 untuk menyeragamkan pengucapan dari isi Pancasila.
Sejarah Hari Kesaktian Pancasila
Selain terkait sejarah kelahiran Pancasila, ada juga hari bersejarah yang disebut dengan Hari Kesaktian Pancasila.
Hari Kesaktian Pancasila merupakan peringatan kemenangan Pancasila terhadap ideologi komunis setelah peristiwa G30S/PKI.
Ketika tiba tanggal 30 September, Indonesia memperingati peristiwa tersebut dengan menaikkan bendera setengah tiang sebagai bentuk duka nasional terhadap tragedi tersebut.
Lalu pada 1 Oktober, bendera dinaikkan hingga penuh.
***
Semoga artikel ini bermanfaat ya, Sahabat 99!
Simak informasi menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Sedang mencari hunian di Pakubuwono Spring?
Kunjungi www.99.co/id dan temukan hunian impianmu dari sekarang!