Berita Berita Properti

Sejarah Arsitektur Tionghoa di Bandung dan Ciri Khasnya. Bedanya dengan Rumah Lain Apa ya?

3 menit

Masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya di Bandung, tinggal di sebuah rumah dengan karak. Kira-kira bagaimana ya sejarah arsitektur Tionghoa di Bandung dari jaman dulu sampai sekarang?

Kelompok masyarakat dari setiap etnis pasti memiliki rumah adatnya masing-masing.

Meski seiring waktu, bentuk rumahnya berubah, tetapi ada beberapa elemen yang masih digunakan dan menjadi ciri khas etnis tersebut.

Begitu pula masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya di Bandung.

Jika kita melihat sejumlah rumah masyarakat etnis Tionghoa di Bandung yang sudah berumur tua, pasti sedikit berbeda dengan rumah dari etnis lainnya di Indonesia.

Kamu pasti penasaran kan, seperti apa sejarah arsitektur Tionghoa di Bandung dan perbedaannya dengan rumah masyarakat Indonesia lainnya?

Yuk, simak cerita lengkapnya di bawah ini!

Lokasi Rumah Tinggal Masyarakat Tionghoa

Menurut sejarah, permukiman masyarakat Tionghoa di Kota Kembang, berpusat di sebelah barat.

Beberapa titik yang menjadi lokasi permukiman, di antaranya adalah Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Cibadak, dan Jalan Pecinan Lama.

Nah, jika ingin melihat lebih dekat rumah-rumah yang dibangun dengan arsitektur khas tradisional Tionghoa, kamu bisa mengunjungi daerah-daerah tersebut.

Untuk mendapat cerita mengenai sejarah arsitektur Tionghoa di Bandung, 99.co Indonesia pun menghubungi pegiat Komunitas Aleut, Ariyono Wahyu Widjajadi.

Sebagai informasi, Komunitas Aleut adalah komunitas pencinta sejarah di Kota Bandung.

Salah satu aktivitasnya adalah menelusuri rekam jejak berbagai sejarah di Kota Bandung melalui berbagai sumber.

Dia juga mengatakan, bahwa pada awal kedatangannya masyarakat etnis Tionghoa, yaitu sekira tahun 1825, mereka tinggal di sebuah rumah yang memiliki karakteristik khas.

“Memang arsitekturnya seperti rumah orang Tionghoa di dataran Tiongkok,” ketika dihubungi 99.co Indonesia pada Selasa malam (4/5/2021).

Ciri Khas Arsitektur Tionghoa

Melansir karya tulis ilmiah milik Handinoto, yang diterbitkan petra.ac.id, berikut adalah sejumlah ciri khas arsitektur Tionghoa di Indonesia.

1. Ruang Terbuka

ruang terbuka rumah orang keturunan China

sumber: Tempo/Francisca Christy Rosana

Masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia memang menyukai ruang terbuka.

Bahkan titik untuk membuat ruang terbuka hijau pun lebih dari satu.

Hal ini pun dibenarkan oleh Ariyono.

“Ada taman di tengah rumah. Bagian depan dan bagian belakang ada ruang terbuka,” kata Ariyono.

2. Atap Pelana

arsitektur tionghoa di bandung

sumber: news.maranatha.edu

Ciri khas arsitektur Tionghoa selanjutnya adalah atap penggunaan atap pelana.

Namun, tidak seperti atap pelana kebanyakan, atap rumah masyarakat Tionghoa memiliki ujung dengan bentuk yang melengkung.

3. Ornamen yang Khas

ornamen arsitektur tionghoa di bandung

sumber: Unsplash.com

Melansir karya tulis ilmiah milik Handinoto berjudul “Perkembangan Bangunan Etnis Tionghoa di Indonesia”, yang diterbitkan petra.ac.id, ornamen cantik di beberapa sudut menjadi salah satu ciri khas bangunan masyarakat Tionghoa.



Bahkan, pada beberapa rumah, kita bisa menemukan rangka penyangga atap dibiarkan terbuka tetapi tetap indah karena dihiasi oleh ornamen khas etnis Tionghoa.

4. Warna

ciri khas arsitektur tionghoa berwarna merah

sumber: alexjourney.id

Banyak warga keturunan Tionghoa sangat menyukai warna merah.

Warna ini adalah lambang kemakmuran dan keberuntungan.

Masyarakat Tionghoa, rumah yang dicat warna merah bisa mendatangkan rezeki untuk mereka.

Penggabungan Ciri Khas Arsitektur Tionghoa dan Eropa

ilustrasi rumah indische empire

sumber: geheugenvannederland.nl via historia.id

Seiring perkembangan zaman, masyarakat Tionghoa tidak lagi saklek mengikuti tradisi nenek moyangnya dalam hal arsitektur.

Hal ini bisa ditemui di sejumlah rumah milik masyarakat Tionghoa di Bandung pada abad ke-19.

Khususnya, masyarakat Tionghoa yang saat itu sangat mapan secara ekonomi, hampir pasti tinggal dalam rumah berdesain modern pada masanya.

“Kalau orang Tionghoa yang kaya memadukan bangunan arsitektur tradisional dengan modern, bercampur dengan gaya arsitektur Eropa,” kata Ariyono.

Salah satunya adalah seorang taipan bernama Tan Sim Tjong di sebuah rumah di Jalan Jenderal Sudirman.

“Di muka rumahnya tuh sudah pakai pilar-pilar khas Yunani yang besar,” ujarnya.

Melansir karya tulis ilmiah Handinoto berjudul “Perkembangan Bangunan Etnis Tionghoa di Indonesia”, yang diterbitkan petra.ac.id, rumah-rumah masyarakat Tionghoa yang berekonomi mapan memang cenderung lebih modern pada masa itu.

Tidak hanya di Bandung, segelintir masyarakat etnis Tionghoa di Pasuruan pada abad ke-19 juga menikmati manisnya hasil perdagangan gula.

Akhirnya, para pedagang beretnis Tionghoa tersebut sukses meraup untung dan bisa tinggal di rumah yang sangat bagus.

Disebutkan bahwa, rumah mereka berbeda dengan rumah masyarakat Tionghoa lain yang dianggap kuno.

Mereka membangun rumah dengan gaya arsitektur Indische Empire yang sedang populer saat itu.

Meski tampak luar sangat modern, interiornya masih diisi oleh furnitur dan pernak-pernik khas tradisional Tionghoa.

Namun, gaya arsitektur seperti ini sudah semakin ditinggalkan seiring waktu, bahkan sejak awal abad ke-20.

Ada banyak faktor penyebab hilangnya gaya arsitektur tersebut, salah satunya adalah dihapusnya Undang-Undang Wijkenstelsel.

Setelah undang-undang tersebut dihapus, tidak ada lagi pengkonsentrasian permukiman masyarakat etnis Tionghoa.

***

Itulah gambaran mengenai sejarah arsitektur Tionghoa di Bandung.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Sahabat 99 ya!

Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.

Jika sedang mencari rumah di Bandung, bisa jadi Podomoro Park Bandung adalah jawabannya!

Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!




Theofilus Richard

Penulis konten | Semoga tulisanku berkesan buat kamu

Related Posts