Berita Berita Properti

Pengamat Sarankan Pembangunan Tol Trans Sumatera Libatkan Antropolog agar Tidak Mengulang Kesalahan Trans Papua

2 menit

Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio, ungkapkan pentingnya keterlibatan antropolog dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Alasannya adalah agar masalah yang terjadi di tol Trans Papua tidak terulang lagi.

Dilansir dari kompas.com, Agus mengatakan antropolog dapat memberikan kajian komprehensif tentang kondisi masyarakat agar JTTS dapat memberikan manfaat pada masyarakat.

Menurut Agus, antropolog mengetahui kebiasaan manusia, bahasa, sosial, dan budaya masyarakat sekitar, sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat demi masyarakat.

Hal ini juga dapat membuat pemerintah tidak lagi mengulang kesalahan yang terjadi di tol Trans Papua yang menurut Agus tidak memberikan manfaat pada masyarakat sama sekali.

Keterlibatan Antropolog dalam Pembangunan Tol Trans Sumatera

jalan tol trans sumatera

sumber: voi.id

Agus menyarankan antropolog untuk ikut dalam kajian perencanaan pembangunan JTTS demi kepentingan masyarakat.

“Antropolog itu harus terlibat dalam kajian perencanaan atau feasibility study (studi kelayakan) pembangunan JTTS…

…karena mereka kan orang yang tahu bagaimana kebiasaan manusianya, bahasa, sosial, dan budaya masyarakat sekitar,” ujar Agus dalam diskusi Hutama Karya (HK) Academy (9/9/2021).

Hal ini penting dilakukan terlebih karena kasus pembangunan tol di Indonesia yang sering kali mematikan keberadaan jalan nasional.

Alhasil, banyak masyarakat yang membuat usaha di sekitar jalan nasional menjadi terkena imbas pembangunan jalan tol.

“Karena dalam studi kelayakan tidak melibatkan antropolog yang memahami struktur masyarakat sekitar, sehingga sering merugikan masyarakat sekitar,” lanjut Agus.



Jangan Mengulangi Kembali Kesalahan di Trans Papua

tol trans papua

sumber: okezone.com

Agus memberikan contoh salah satu jalan tol yang kurang bermanfaat bagi masyarakat, yaitu Jalan Tol Trans Papua.

Dalam pembangunan tol Papua, pemerintah tidak melibatkan antropolog dalam feasibility study, sehingga manfaat keberadaan tol ini tidak dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Hal tersebut karena banyak masyarakat Papua yang tidak atau jarang menggunakan kendaraan roda empat dalam beraktivitas.

“Jarang yang pakai jalan itu (jalan tol Papua) karena orang Papua itu tidak bisa naik mobil,” tegas Agus.

Bukannya digunakan oleh masyarakat, jalan tol justru menjadi karpet merah bagi pembalak liar untuk dapat mengakses beberapa kawasan di Papua.

“Akhirnya yang lewat jalan itu ya illegal logger. Nah, karena hal-hal inilah, penting untuk melibatkan antropolog,” kata Agus.

***

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu, Sahabat 99!

Simak juga artikel menarik lainnya hanya di portal Berita 99.co Indonesia.

Kamu sedang mencari rumah di Bandung? Bisa jadi Mustika Townhouse adalah jawabannya!

Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!




Shafira Chairunnisa

Lulusan Hubungan Internasional di Universitas Katolik Parahyangan dan pernah bekerja sebagai jurnalis di media nasional. Sekarang fokus menulis tentang properti, gaya hidup, desain, dan politik luar negeri. Senang bermain game di waktu senggang.
Follow Me:

Related Posts