Berita Ragam

Shock Berat, Ramalan Angka Utang Jokowi setelah Lengser Akhirnya Terungkap. Lebih Besar dari SBY?

2 menit

Lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) mengeluarkan prediksi hitungan utang Jokowi di tahun 2024. Berapa jumlahnya? Baca selengkapnya di sini!

IDEAS memperkirakan utang pemerintah Indonesia seusai Jokowi menjabat akan meroket.

Menurut mereka, jumlahnya bisa mencapai Rp9.800 triliun pada akhir Oktober 2024.

Melansir CNN Indonesia, sebagai patokan, utang Jokowi per Juni 2021 kemarin dihitung sebesar Rp6.554,56 triliun.

Kenaikannya cukup signifikan dibanding awal pandemi Covid-19 pada bulan Maret tahun lalu sebesar RpRp5.192 triliun.

Lantas, apa yang menyebabkan kenaikan utang pemerintah di masa mendatang?

Simak ulasan selengkapnya di bawah ini!

Utang Jokowi Melonjak di Tahun 2024. Disebabkan oleh Apa?

presiden jokowi

Direktur IDEAS Yusuf Wibisono mengatakan utang pemerintah bertambah tiga kali lipat semenjak pandemi.

“Dalam 1,5 tahun sejak pandemi, stok utang bulanan pemerintah rata-rata bertambah Rp102,2 triliun, melonjak tiga kali lipat dari stok utang periode Oktober 2014-Desember 2019 yang berada pada kisaran Rp35,2 triliun,” tutur Yusuf lewat keterangan tertulis seperti dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (15/09/2021).

Yusuf menjelaskan, pada periode pertama Joko Widodo menjabat sebagai presiden, stok utang bertambah Rp2.155 triliun.

Setelah itu, pada periode kedua, stok utangnya diprediksi naik Rp5.043 triliun.

“Kenaikan stok utang pemerintah era Presiden Jokowi ini menjadi sangat luar biasa bila melihat di periode ke-2 Presiden SBY (Oktober 2009-Oktober 2014) stok utang pemerintah hanya bertambah Rp999 triliun,” jelas Yusuf.

Menurut pendapat Yusuf, penyebab melonjaknya utang Jokowi adalah rendahnya penerimaan pajak.

Hal tersebut bisa dilihat dari rasio pajak (tax ratio) Indonesia yang kian menyusut.

Angkanya semakin menukik dari 11,4 persen ke 8,2 persen di tahun 2020.

“Rasio stok utang pemerintah terhadap penerimaan perpajakan melonjak drastis, dari kisaran 250 persen pada 2015 menjadi kisaran 475 persen pada 2020, jauh di atas batas aman 90-150 persen,” tambahnya.



Selanjutnya, Yusuf mengatakan penerimaan perpajakan tidak sebanding dengan biaya belanja.

“Seluruh penerimaan perpajakan setiap tahunnya bahkan tidak mencukupi sekadar untuk membiayai belanja terikat, seperti belanja pegawai, belanja barang, bunga utang dan transfer ke daerah,” ujarnya.

Lambat laun, kesenjangan ini bisa berpotensi membuat stok utang membengkak di masa depan.

Utang Pemerintah Masih Bisa Ditambal secara Perlahan

rincian utang indonesia

sumber: medcom.com

Selain membahas stok utang periode Jokowi, Yusuf juga menyorot pembenaran pemerintah dalam berutang.

Namun, ia berharap utangnya bisa dipakai untuk kegiatan produktif yang bisa menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Yusuf berpendapat, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan mampu mengembalikan pokok utang.

Secara otomatis, hal itu akan menutup beban bunga dan menambal utang pemerintah secara perlahan.

Lebih lanjut, Direktur IDEAS itu menjelaskan sebelum pandemi, cicilan pokok utang dan bunga pemerintah tembus hingga Rp800 triliun.

Di tahun 2021, angkanya diprediksi mencapai Rp1.000 triliun.

“Strategi pengelolaan utang yang terfokus pada refinancing untuk memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang yang jatuh tempo, membuat pengelolaan utang hanya sekedar gali lubang tutup lubang,” tegas Yusuf, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (15/09/2021).

***

Semoga bermanfaat ya, Sahabat 99…

Jangan lupa pantau terus artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Untuk kamu yang sedang mencari rumah di tengah kota seperti Serpong Garden Village, langsung kunjungi 99.co/id, ya!




Samala Mahadi

Lulusan Sastra Inggris Maranatha Christian University, Samala adalah seorang editor di 99 Group dari tahun 2021. Berpengalaman menulis di bidang properti, lifestyle, dan fashion. Hobi termasuk menulis dan segala hal berbau literatur dan Paleontologi.

Related Posts