Monumen yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun dikabarkan menjadi saksi bisu kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) saat membantai sejumlah tokoh dan ulama di Madiun.
Gambaran kekejaman PKI tersebut dapat dilihat di sejumlah relief yang ada di seputaran tempat yang bernama Monumen Kresek itu.
Kabarnya, di sekitar monumen inilah jenazah sejumlah tokoh yang dibantai PKI dengan cara diikat tangan dan kaki dan diseret, kemudian dimakamkan dalam satu lubang.
Saat mendatangi Monumen Kresek, tak jarang pengunjung merasa miris dan tidak tega untuk melihatnya.
Tokoh dan Ulama Madiun Dibantai di Monumen Kresek
Melansir dari detik.com, dikisahkan salah satu pengelola Monumen Kresek, Heri Purwadi, dalam sejarahnya, mereka yang menjadi korban kekejaman PKI, baik dari tokoh ulama maupun santri dibunuh secara keji.
Mereka dicambuk, disayat dengan pisau, bahkan juga ada yang dikubur hidup-hidup.
“Kalau mendengar ceritanya sangat miris. Ini patung yang paling besar menggambarkan bagaimana PKI mengacungkan celurit ingin membantai seorang ulama yang pasrah,” jelasnya.
Ada pula relief yang menggambarkan seorang warga ditelanjangi dan diseret dengan tangan kaki terikat.
Jumlah Korban Pembantaian PKI Mencapai Ribuan
Tak tanggung-tanggung, korban pembantaian PKI kala itu mencapai 1.920 orang.
Padahal, PKI hanya menduduki Madiun selama 13 hari saja, terhitung sejak tanggal 18-30 September 1948.
Dikabarkan, pemberontakan tersebut dipimpin sendiri oleh Musso, tokoh komunis Indonesia yang lama tinggal di Uni Soviet (kini Rusia).
“Dalam sejarahnya Musso menawarkan gagasan yang disebutnya jalan baru untuk Republik Indonesia. Musso menghendaki satu partai kelas buruh dengan memakai nama yang bersejarah, yakni PKI. Untuk itu harus dilakukan fusi tiga partai yang beraliran Marxisme-Leninisme PKI ilegal, Partai Buruh Indonesia (PBI), dan Partai Sosialis Indonesia (PSI),” terangnya.
Penumpasan PKI oleh TNI
Beruntungnya, pemberontakan itu berhasil ditumpas oleh pasukan TNI pada tanggal 1 Oktober 1948.
Musso sendiri berhasil ditangkap saat lari ke Desa Kresek dengan mengepungnya dari berbagai penjuru.
Namun pria yang juga aktif sebagai pengelola Pokdarwis Desa Kresek ini berharap pengunjung tidak takut dengan relief-relief tersebut.
Pasalnya, tujuan pembuatan relief dan monumen ini adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban.
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Sahabat 99.
Jangan lupa pantau terus artikel menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah dijual di Makassar?
Cek saja pilihannya hanya di 99.co/id.