Bagi sejumlah orang, memiliki rumah impian tidaklah mudah. Contohnya adalah kisah menarik di balik House of LA yang memerlukan perjuangan dalam mewujudkannya! Seperti apa kisahnya? Simak di sini, yuk!
Memiliki hunian yang nyaman dengan desain yang sesuai dengan keinginan pastinya merupakan idaman banyak orang.
Sayangnya, tidak banyak orang yang memiliki dana atau dianugerahi privilese untuk mewujudkannya.
Banyak orang mungkin harus bersusah payah berjuang untuk merealisasikan hal tersebut.
Begitu juga dengan Livia Nadya Megarifera. Pemilik rumah yang diberi nama House of LA ini mempunyai impian untuk memiliki hunian sebelum usia 30 tahun.
Tidak mudah bagi Livia untuk mewujudkan impiannya itu, tetapi dengan kesabaran, kini ia berhasil memiliki House of LA.
Kepada Tim 99.co Indonesia, Livia pun membagikan kisahnya dalam membeli rumah impiannya.
Tentang House of LA
Luas Tanah dan Bangunan
House of LA merupakan sebuah rumah tinggal yang dihuni oleh Livia Nadya Megarifera.
Livia juga memiliki akun Instagram khusus untuk rumahnya tersebut yakni @lahouseid.
Rumah dua lantai ini berdiri di luas tanah sebesar 5×12 atau bisa juga dikatakan sebagai rumah 60 meter persegi.
Sementara untuk luas bangunannya adalah 65 meter persegi.
Rumah yang berlokasi di Tembalang, Semarang ini dirancang dengan konsep open space yang terdiri dari 2 lantai:
Lantai 1
- Mini foyer
- Ruang tamu sekaligus ruang keluarga
- Dapur
- Kamar mandi
- Taman
Lantai 2
- 2 kamar tidur
- 1 kamar mandi
- Area mencuci dan menjemur pakaian
Merancang Sendiri Desain House of LA
Untuk desain rumah, Livia mengaku tidak menggunakan jasa arsitek maupun desainer, ia merancang desain interiornya sendiri.
“Semua (interior) adalah hasil imajinasi sendiri,” papar Livia kepada 99.co Indonesia, Minggu (31/8/2021).
Ia pun mencoba memaksimalkan fungsi di setiap ruangan agar suasana terasa nyaman dan lapang.
“Karena luas lahan atau tanah yang terbatas membuat saya berpikir untuk memaksimalkan fungsi setiap ruangan dan mencari cara agar rumah yang kecil dan mungil ini tidak terkesan sempit,” ungkapnya.
Konsep rumah terbuka alias open space pun dipilih Livia untuk hunian mungilnya.
“Maka saya memilih konsep open space agar ruangan terkesan lega. Layout ruangan dan design saya buat sesuai kebutuhan,” jelas Livia.
Selain itu, untuk memunculkan kesan dan suasana yang lebih hangat, ia menggunakan granit dengan motif kayu untuk lantai dan vynil warna warm cherry untuk lantai kamar.
Menurut Livia, ia banyak mendapat inspirasi desain dari Instagram, Pinterest dan YouTube. Ia juga banyak meniru interior kafe.
“Inspirasi desain dari mana saja Instagram khususnya Instagram home decor, Pinterest, review rumah-rumah yang ada di YouTube, blog, dan juga interior kafe,” ungkapnya.
“Contohnya adalah dinding belakang rumah yang saya buat dengan semen MU200. Dinding tersebut seperti kafe Ohana di Semarang, sedangkan warna cat dinding dapur inspirasinya dari kafe Kopi & Beignet,” kenangnya.
Perjuangan Memiliki House of LA
Ingin Punya Rumah sebelum Usia 30 Tahun
Ada hal yang mendorong Livia untuk meraih mimpinya memiliki rumah, yakni ia ingin memiliki hunian sebelum menikah dan sebelum berusia 30 tahun.
“Motivasi ingin punya rumah sebelum menikah dan sebelum usia 30 tahun mendorong saya untuk menabung,” kenang perempuan yang berhasil memiliki rumahnya di usia 26 tahun ini.
Hal ini juga membawa dampak baik untuk dirinya. “Karena keinginan tersebut saya jadi bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan,” terangnya.
“Contohnya, keinginan untuk sering jalan-jalan atau keluar negeri, gonta-ganti gadget, dan membeli hal-hal yang dirasa kurang penting,” tambahnya.
Selain itu meski bukan seorang lulusan desain interior atau arsitektur, ia merasa senang bisa mendesain huniannya sendiri.
“Di samping itu, saya tertarik dan senang dengan desain interior rumah walaupun saya bukan lulusan sarjana arsitektur/desain. Saya ini memiliki rumah impian dan menata sendiri sesuai keinginan saya,” ujar perempuan lulusan Manajemen di Universitas Diponegoro, Semarang ini.
Tantangan dalam Mewujudkan House of LA
Livia membeli rumahnya tersebut kepada developer. Oleh sebab itu, pembangunannya dilakukan oleh pihak pengembang.
Sayangnya, selama proses pembangunannya, rupanya ada desain layout yang tidak sesuai dengan kesepakatan.
“Karena pembangunan dikerjakan oleh developer jadi walaupun desain layout sudah dibuat dan disepakati kadang masih ada missed dengan tukang di lapangan saat proses pembangunan. Misalnya pemasangan keramik, warna nat, dan lainnya,” kenangnya.
Selain itu, tantangan lainnya adalah saat mencari material yang sesuai dengan yang ia butuhkan.
“Karena tidak ada background arsitek/desainer interior saya hanya bermodal searching bahan material dari internet (googling/via Instagram),” tuturnya.
Selain itu, ia juga jadi sering berkunjung ke toko bahan bangunan untuk mencari material bangunan yang tepat sesuai dengan keinginannya.
“Dan sering main ke toko atau swalayan bahan bangunan. Bahan material seperti keramik, vynil, dan perlengkapan kamar mandi (kloset, shower, wastafel) saya cari sendiri bahkan pernah dalam hari yang sama keliling ketiga toko material dan akhirnya kembali ke toko material pertama karena selisih harga yang lumayan, maklum anak ekonomi, hehehe,” paparnya.
***
Itulah kisah perjuangan Livia dalam membangun rumah impiannya, House of LA.
Semoga artikel ini dapat menginspirasi Sahabat 99 yang juga sedang berencana membuat rumah impian, ya!
Jangan lupa, baca juga artikel menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah dijual di Kota Semarang seperti House of LA?
Kunjungi 99.co/id dan temukan pilihan menarik!
***Sumber foto: dok. House of LA