Anakmu kesulitan untuk membaca dan mengenali huruf? Hati-hati, bisa jadi ini disebabkan penyakit disleksia, Sahabat 99. Yuk kenali gejala dan penanganannya!
Biasanya di usia 4-5 tahun anak-anak sudah mulai mengenali bentuk huruf.
Kemudian dari usia 6 tahun ia mulai bisa mengeja dan menyusun kata.
Akan tetapi, jika anak memiliki penyakit disleksia, fase ini akan terhambat.
Sang buah hati akan kesulitan mengenali huruf, terutama jika bentuknya mirip.
Tak jarang ini menyebabkan orangtua menganggap mereka pemalas dan menekannya terlalu keras.
Akibatnya, anak akan stress dan depresi terutama saat belajar.
Untuk itu, kamu perlu cermat mengamati tumbuh kembang anak ya, Sahabat 99.
Berikut beberapa hal yang perlu kamu pahami mengenai gangguan belajar disleksia!
Apa Itu Penyakit Disleksia?
1. Definisi Umum Disleksia
Berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan dan leksia yang berarti kata-kata.
Disleksia dipahami sebagai sebuah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dengan kata-kata.
Menurut The International Dyslexia Association, ini merupakan ketidakmampuan atau gangguan belajar yang spesifik berasal dari faktor neurobiologis.
Sehingga ssesorang kesulitan mengenali kata dengan baik dan kemampuan mengejanya buruk.
Ada dua jenis disleksia yang mungkin terjadi, yakni developmental dyslexia dan acquired dyslexia.
Pada developmental dyslexia, gangguan ini merupakan bawaan sejak lahir akibat faktor genetis.
Sementara acquired dyslexia disebabkan oleh cedera pada otak bagian kiri.
Namun apapun penyebabnya, satu hal yang pasti, kondisi ini tak bisa disembuhkan.
Kamu hanya bisa meminimalisir efeknya saja melalui terapi dan pengobatan lainnya.
2. Persentase Terjadi pada Anak
Berdasarkan survey yang dilakukan NHS, seitar 1 dari 10 orang di Inggris memiliki gangguan belajar ini.
Akan tetapi tingkat keparahannya bisa berbeda pada setiap orang, ada yang ringan hingga berat.
Tidak hanya kesulitan membedakan simbol atau huruf, mereka bisa terlambat mengeja, menulis, hingga memaham kata.
Namun tak perlu khawatir, kondisi ini tak akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya kok.
Bahkan beberapa anak dengan penyakit disleksia diketahui memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata.
Baca Juga:
Serba-serbi Paracetamol: Manfaat, Dosis, hingga Efek Samping
Gejala Anak Memiliki Penyakit Disleksia
Gangguan baca dan tulis tentu tak bisa dideteksi dengan mudah.
Bahkan, gejalanya tidak akan muncul dengan jelas jika anak belum mulai sekolah.
Sebab ia belum benar-benar mulai belajar membaca dan menulis.
Akan tetapi jika kamu jeli, ada beberapa petunjuk yang bisa digunakan untuk mendeteksinya sedari dini.
1. Mendeteksi Gejala Penyakit Disleksia di Usia Prasekolah
Jika si kecil masih berusia 4-5 tahun, kamu bisa mencermati tanda-tanda berikut:
- Kemampuannya untuk bicara terlambat.
- Kesulitan untuk mempelajari kata-kata baru.
- Sulit menyusun kata dengan benar, misalnya huruf yang mirip terbalik-balik.
- Lambat dalam mengingat huruf, angka, dan warna.
2. Mendeteksi Gejala Penyakit Disleksia di Usia Sekolah
Gejala-gejala di usia prasekolah sebenarnya masih rawan salah penafsiran.
Bisa jadi anak memang tergolong lambat dalam berbicara dan membaca, namun tidak mengalami disleksia.
Jika memang belum yakin, kamu bisa saja tak langsung membawanya ke tenaga ahli.
Namun, menunggu hingga anak masuk sekolah dan mengawasi tanda-tanda ini:
- Kemampuan membacanya tidak mengalami peningkatan seperti anak seusia.
- Mengalami kesulitan untuk memproses dan memahami apa yang didengar.
- Kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang didapat.
- Tidak bisa mengingat urutan kejadian dengan baik.
- Kesulitan melihat perbedaan dalam bentuk huruf atau simbol.
- Kesulitan mendengar persamaan atau perbedaan dalam kata-kata.
- Ketika melihat kata baru ia tidak bisa mengejanya.
- Memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan tugas membaca atau menulis.
- Selalu menghindar dari kegiatan yang melibatkan membaca.
3. Mendeteksi Gejala Penyakit Disleksia di Usia Remaja dan Dewasa
Apabil pertanda yang muncul saat anak masih kecil tak terlalu terlihat, bisa saja kamu baru mengetahuinya ketika ia remaja bahkan dewasa.
Gejala yang muncul mirip seperti sebelumnya, akan tetapi ada beberapa tambahan berikut:
- Ketika diminta membaca dengan suara lantang ia kesulitan.
- Sering salah ketika mengucapkan nama atau kata-kata tertentu.
- Kesulitan memahami beberapa idiom, misalnya keras kepala, panjang tangan, dan lainnya.
- Lambat jika diminta meringkas sebuah cerita.
- Lambat dalam mempelajari bahasa asing.
- Kesulitan untuk menghafalkan sesuatu, terutama jika berasal dari bacaan.
- Pada beberapa kasus, anak sulit mengerjakan soal matematika karena melibatkan simbol.
4. Gejala Lainnya yang Mungkin Terjadi
Tak hanya tanda-tanda di atas, secara mental anak tentu akan terpengaruh oleh kondisinya ini.
Umumnya, seiring bertambah usia mereka yang mengalami disleksia akan terlihat dari:
- Depresi dan tertekan ketika mulai belajar.
- Menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa berbeda.
- Tidak memiliki minat untuk sekolah dan belajar.
- Menutup diri karena tidak ada yang memahami kebutuhannya.
Bagaimana Mengetahui Adanya Gangguan Belajar pada Anak?
Jika anakmu memiliki tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, maka baiknya kamu berkonsultasi dengan ahli.
Ingat, diagnosa tepat untuk kondisi ini tidak bisa dilakukan oleh orang awam.
Jangan ragu untuk membawanya ke neurolog dan psikolog untuk memastikan kondisi anak.
Kondisi ini memang tak bisa disembuhkan, tapi bisa dikelola agar hambatan yang dialami lebih minimal.
Berikut beberapa tes yang akan dilakukan dokter untuk menilai kondisinya:
1. Melihat Perkembangan, Masalah Belajar, dan Riwayat Medis
Di tahap awal dokter akan mengecek riwayat kesehatan keluarga, baik ibu maupun ayah.
Pasalnya, kondisi ini umumnya merupakan faktor genetis.
Kemudian kamu harus menjelaskan dengan rinci bagaimana perkembangannya selama ini.
Dari sejak si kecil mulai belajar berbicara dan membaca.
2. Mengecek Kondisi Rumah atau Lingkungan Tinggal
Jangan terkejut jika dokter menanyakan hal pribadi seperti kondisi di rumah.
Biasanya termasuk pada bagaimana hubungan antar anggota keluarga sehari-hari.
Hal ini karena bisa saja anak bukan mengalami disleksia, namun stres akibat kondisi di rumah yang tak kondusif.
Sehingga berdampak pada kemampuan belajar dan perkembangannya.
Baca Juga:
Demi Kesehatan Fisik dan Mental, Yuk Pelihara 10 Jenis Tanaman Hias Indah Ini
3. Memberikan Kuisioner dan Tes Menyeluruh
Kemudian anak dan orangtua akan menerima kuisioner untuk diisi.
Melalui kuisioner ini dokter juga akan menilai kemampuan membaca dan bahasa anak.
Jika sudah selesai, barulah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penglihatan, pendengaran, dan otaknya.
4. Melakukan Tes Psikologis
Tak hanya penglihatan, pendengaran, dan otak anak, kondisi psikologisnya juga akan dicek.
Ini untuk melihat bagaimana kondisi kesehatan mentalnya.
Bisa jasi anak memiliki masalah sosial, kecemasan, dan lainnya yang membatasi kemampuannya belajar.
Pilihan Pengobatan Jika Anak Mengalami Disleksia
1. Stimulasi Edukasi untuk Penyakit Disleksia
Agar anak dengan gangguan belajar bisa mengimbangi perkembangan anak seusianya, ia akan diajarkan teknik khusus.
Ia akan dilatih untuk menggunakan beberapa indra sekaligus ketika belajar.
Ini melibatkan pendengaran, penglihatan, dan sentuhan, sehingga anak dapat memproses informasi lebih cepat.
Misalnya, ia dibiasakan untuk merekam materi dan mengulangnya sambil menulis bentuk huruf dan kata yang didapat.
Atau, ia dilatih gerakan mulut saat bersuara dan mengucap kata tertentu.
2. Memanfaatkan Bantuan Teknologi
Jika anak sudah beranjak remaja dan dewasa, baiknya fasilitasi ia dengan teknologi.
Teknologi seperti komputer akan lebih membantunya ketimbang buku, karena ada fitur untuk memeriksa ejaan.
Sehingga bisa meminimalisir kesalahan penulisan yang ia lakukan.
Tak hanya itu, kamu bisa menggunakan program text to speech untuk melatih indra penglihatan dan pendengarannya.
3. Biasakan Membaca dengan Lantang dan Jelas untuk Anak
Untuk orangtua, baiknya biasakan berbicara dan bercerita dengan suara lantang.
Tak hanya lantang, artikulasimu harus jelas agar anak tak kesulitan mencernanya.
Hal ini karena, anak dengan penyakit disleksia cenderung lambat mencerna suara yang pelan dan berbisik.
***
Semoga informasinya bermanfaat Sahabat 99.
Simak artikel menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Sedang mencari perumahan di Jakarta, Surabaya, Bali, atau kota lainnya?
Kunjungi 99.co/id dan temukan hunian impianmu sekarang!