Kawasan Pluit yang berada di Jakarta Utara ditengarai menjadi daerah dengan penurunan muka tanah terparah di Jakarta. Alasan utamanya yakni banyak air tanah yang diambil warga. Lalu, apa solusi untuk menanganinya?
Pemerintah terus mengajak masyarakat supaya mengurangi eksploitasi dan penggunaan air tanah, terutama di wilayah Jakarta.
Pasalnya, sejumlah kawasan di ibu kota merupakan daerah yang terus mengalami penurunan muka tanah dari tahun ke tahun.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengatakan jika Pluit adalah wilayah dengan penurunan muka tanah yang termasuk paling parah.
“Itu yang paling parah kalau kita lihat ada di daerah Pluit Jakarta Utara. Karena lokasinya dekat dengan pesisir laut, juga banyak air tanah yang diambil di sana,” tuturnya.
Menurutnya, kabar terkait penurunan tanah yang konon bisa mengakibatkan tenggelamnya Jakarta merupakan isu yang telah lama dibahas.
Maka dari itu, pemerintah pun mengimbau agar masyarakat mengurangi penggunaan air tanah.
Ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan supaya Jakarta tidak tenggelam seperti kabar yang merebak dalam beberapa pekan ke belakang.
Penyediaan Stok Air Bersih
Salah satu solusi agar masyarakat tidak mengeksploitasi air tanah adalah dengan menyediakan air bersih yang merata.
Caranya yakni lewat Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
“Harus ada suplai air yang cukup dulu di Jakarta, baru bisa regulasi atau Pak Gubernur DKI Anies Baswedan bisa bilang setop penggunaan air tanah,” kata Basuki Hadimuljono.
“Makanya kita buat waduk di Karian di Banten, untuk suplai air minum di Tangerang dan Jakarta, juga ada di Jatiluhur 1 dan Jatiluhur 2,” lanjutnya.
Melansir Kompas.com, hingga kini sumber air bersih di Jakarta hanya mengandalkan dari satu waduk di Tarum Barat.
Waduk ini tidaklah cukup sebagai penyangga kebutuhan air bersih untuk disalurkan ke seluruh warga Jakarta.
Maka dari itu, pembuatan waduk lain sangat dibutuhkan agar seluruh warga di DKI tercukupi kebutuhan air bersihnya.
Belajar dari Bangkok dan Tokyo
Sementara itu. dua kota di Asia, Bangkok (Thailand) dan Tokyo (Jepang) menjadi referensi yang disebut Basuki terkait penanganan penggunaan air tanah.
Bangkok dan Tokyo, ucap Basuki, bisa mengurangi penggunaan air tanah yang berpengaruh terhadap penanggulangan atau meminimalisir banjir.
“Sekarang gimana caranya? Caranya adalah dengan menghentikan pengambilan air tanah atau mengurangi, itu referensinya Bangkok, Tokyo, itu kan mereka menghentikan [penggunaan] air tanah bisa berhenti,” paparnya.
***
Semoga ulasannya bermanfaat ya, Sahabat 99.
Pantau terus informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah dijual di sekitar Bekasi?
Cek selengkapnya di www.99.co/id.