Ada semangat juang di balik sebuah rumah lawas bercat putih yang berdiri kokoh di sisi jalan sebuah kompleks di Cilegon, Banten.
Dhite Dwi Catur Novianti masih ingat betul tentang riwayat rumah yang kini duhuni bersama keluarganya itu.
Rumah yang menjadi tempat berteduh di kala hujan dan panas itu dimiliki bukan tanpa pengorbanan.
Bagi Dhite dan suaminya, rumah bekas menjadi pilihan sebagai rumah impian.
Sempat tinggal di sebuah klaster, kini dia memiliki rumah dengan ukuran yang lebih besar bertajuk Kata_Living.
Dhite membagikan kisah inspiratif bagaimana mereka berjuang memiliki rumah.
Kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kamu yang ingin membeli rumah pertama.
Mulai dari usaha laundry dan usaha yang tutup, berikut kisa mereka…
Rumah Lawas Itu Bernama Kata_Living
Dhite dan suaminya, Kurniawan, menamakan rumah itu sebagai Kata_Living.
Kata_Living adalah sebuah rumah dengan luas bangunan 250 m2 dan luas tanah 188 m2.
Hunian tersebut dikonsep sebagai rumah tumbuh.
Dhite mengatakan bahwa rumah yang ditempatinya itu dibeli dari seorang arsitek.
“Menurut pemilik lama, rumah ini dibangun di tahun 1995 dengan desain sendiri. Kebetulan pemilik lama adalah arsitek,” katanya pada 99.co Indonesia.
Rumah yang dibeli dari 2012 itu memang masih memiliki tampilan lawas pada bagian fasad.
Dhite berusaha mencicil untuk merenovasi bagian-bagian tertentu.
Hasilnya sudah terlihat pada interior rumah Kata_Living yang sangat modern.
Mewujudkan Rumah Impian
Generasi milenial seperti Dhite tentu bermimpi mempunyai rumah sendiri.
Di tengah harga lahan yang makin mahal, Dhite pun berusaha mewujudkan rumah idamannya.
Sebelum mempunyai rumah ini, wanita kelahiran November 1985 itu sempat tinggal di sebuah klaster meskipun hanya 6 bulan.
Pada akhirnya, dia pun memutuskan membeli rumah bekas.
Bukan tanpa alasan dia membeli rumah bekas yang kini ditempatinya.
Selain strategis, rumah itu juga memiliki harga yang jauh lebih murah.
Meskipun bekas, beruntungnya kondisi struktur bangunan masih kokoh.
Model rumah juga berbeda dengan tetangga dan tata ruang pun cocok.
“Tidak mudah untuk bisa berjodoh dengan rumah lawas yang berkondisi baik atau siap ditempati,” katanya.
Dia juga mengatakan bahwa tak banyak perubahan dilakukan ketika awal pindah.
Dhite mengaku rumah lawas itu hanya di cat putih supaya tampil lebih fresh.
Banting Tulang Bayar KPR
Untuk mewujudkan hunian impian, Dhite membeli rumah itu dengan KPR.
Dia pun banting tulang untuk membayar cicilan setiap bulan.
Bahkan, dia sampai mengorbankan satu bangunan utama untuk membuka usaha kecil-kecilan.
“Untuk bisa membayar cicilan rumah, kami pernah beberapa tahun korbankan kamar utama di lantai 1 selama 3 tahun menjadi usaha laundry. Jadi kami hanya tinggal di lantai 2 selama itu,” katanya.
Lambat laun, usaha laundry itu terus berkembang.
Dari awalnya menempati kamar utama, kini sudah ada bangunan terpisah sebagai tempat usaha.
Lokasinya berada di tepat halaman samping yang menghadap ke jalan raya dengan ukuran 3 x 7 m2.
Dhite juga bercerita bahwa pandemi Covid-19 sempat menganggu usaha suaminya.
“Suami membuka usaha kuliner yang selama pandemi beberapa outlet-nya juga tutup. Jadi promosi online dijalani untuk mengejar omzet,” katanya.
Meskipun demi cobaan mengadang, dia dan keluarga terus berusaha agar cicilan KPR dibayarkan tepat waktu.
“[rumah ini] dibeli dengan sistem KPR. Insya Allah tahun depan bisa lunas,” ujarnya.
Impian yang Belum Terwujud
Dhite juga mengaku bahwa rumah ini belum sepenuhnya terwujud sesuai keinginan.
Meskipun, interior rumah sudah ditata dengan apik dan cantik dengan gaya kekinian.
Namun, ada bagian-bagian lain yang belum tersentuh renovasi.
Dhite berusaha mewujudkannya dengan memakai dana arisan yang dimenangkan dan alokasi dana tahunan yang dikumpulkan.
“Dana tak terduga pun kami dapat dari sewa rumah ini setahun belakangan sering menjadi lokasi photoshoot,” ucapnya.
Sampai saati ini, renovasi Kata_Living hanya mengganti lantai, pagar, menambah bangunan untuk usaha laundry, dan memindahkan carport.
Sementara itu masih ada bagian-bagian lain yang belum terseuntuh renovasi karena terkendala budget.
“Renovasi masih akan berlanjut, seperti area rooftop, kamar mandi, dan terutama fasad suatu saat ingin di update,” katanya.
Tips Memilih Rumah Lawas
Bagi kamu yang berencana membeli rumah tua atau lawas, Dhite sedikit membagikan pengalamannya.
Menurut Dhite, membeli rumah bekas yang lawas tak lepas dari kekurangan.
Misalnya kusen jendela dan pintu yang perlu diganti atau plafon yang berbahan triplek perlu perbaikan.
Dia mengaku bahwa biaya setiap perbaikan bisa mencapai Rp10 juta tergantung bagian mana yang butuh diganti.
Namun, salah satu kelebihan beli rumah lawas yang bekas adalah harganya bisa lebih murah dengan ukuran tanah dan bangunan lebih besar.
Dia juga menyarankan agar memilih rumah lawas yang masih ada sisa lahan untuk dikembangkan.
“Sesuaikan kondisi bangunan dengan harganya untuk pertimbangan butuh langsung renovasi atau bisa langsung ditempati,” katanya.
Selain itu, yang terpenting adalah memastikan dokumen sudah sesuai dan komplet.
***
Demikianlah kisah inspiratif Dhite dan keluarga dalam mewujudkan rumah impian.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sahabat 99.
Cek artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Kamu sedang cari rumah dijual di Cilegon, Banten?
Kunjungi www.99.co/id dari sekarang dan temukan rumah impianmu di sana!
**Sumber Foto: Instagram @Kata_Living/@dhitedcn