Setelah bertahun-tahun, tabungan Alan akhirnya cukup untuk biaya renovasi rumah. Ia pun kemudian melakukan perluasan rumah dengan merubah garasi menjadi kamar tidur utama. Setelah proses pembangunan selesai, tiba-tiba ia diminta pengelola kompleks untuk membongkarnya.
Kasus pembongkaran rumah seperti contoh di atas ternyata pernah terjadi lo, Sahabat 99!
Apakah Anda atau kerabat ada yang tengah mengalami hal yang sama atau punya niat melakukan renovasi?
Agar tidak salah mengambil keputusan, baca dulu aturannya di bawah ini.
Perhatikan Ini Agar Renovasi Rumah Tak Dibongkar
Perjanjian Pembeli & Developer
Ada beberapa developer perumahan yang menetapkan peraturan bahwa pemilik rumah tidak diperbolehkan untuk merenovasi bagian tertentu seperti garasi.
Bukan tanpa alasan, hal ini dibuat berdasarkan aturan tata ruang dari pemerintah dan juga dengan mempertimbangkan kenyamanan tetangga lain .
Bila fungsi garasi beralih menjadi ruangan bagian rumah, kehadiran tempat parkir kendaraan pun jadi hilang.
Otomatis mobil yang dimiliki pun akan diparkirkan di jalan umum kompleks atau area lain.
Bisa saja hal ini mengganggu kelancaran lalu lalang kendaraan di depan rumah atau mungkin berdampak pada hal lainnya.
Pasca Renovasi Rumah, Bongkar atau Tidak?
Biaya renovasi rumah tentu tidaklah sedikit.
Maka itu tidak semua orang yang rela untuk membongkar bangunan hasil renovasi sehingga rumah kembali seperti semula.
Apa iya sang pemilik rumah wajib membongkarnya?
Pada prinspinya, bila terdapat poin larangan renovasi pada perjanjian jual beli dan telah ditandatangani sang pemilik, maka ia wajib mematuhi peraturan tersebut dan membongkar rumah.
Hal ini sendiri telah ditegaskan pada Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yaitu:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Sebelum itu, ada baiknya sang pemilik melakukan langkah musyawarah untuk mencari jalan tengahnya.
Jika pihak developer tetap pada keputusannya, sang pemilik pun harus mengikuti ketentuan tersebut.
Lalu apabila tidak, bisa saja pihak pengembang membawa perkara ini ke ranah hukum.
Renovasi Itu Boleh Dilakukan!
Renovasi untuk memperluas rumah dan memberikan kenyamanan pada anggota keluarga, boleh-boleh saja dilakukan.
Bagi Anda yang tinggal di perumahan padat penduduk seperti cluster atau kompleks, coba cermati dulu poin-poin perjanjian jual beli yang sudah ditandatangani.
Bila Anda sudah paham betul mengenai perjanjian tersebut, hal-hal yang tidak diinginkan seperti kasus pembongkaran rumah yang baru direnovasi di atas pun dapat dihindari.
Proses merenovasi rumah pun dapat lebih lega untuk dijalankan bukan?
Etika Renovasi Rumah
Bukan hanya perjanjian jual beli saja yang perlu dicermati, Anda pun harus mempertimbangkan kenyaman tetangga sekitar jika ingin melakukan renovasi.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kenyamanan serta keamanan di lingkungan sekitar rumah.
Anda bisa menyampaikan jadwal dan durasi merenovasi pada RT atau tokoh yang dituakan di lingkungan rumah.
Setelah itu, informasikan pula kepada tetangga-tetangga terdekat mengenai hal ini.
Minta izin serta kemakluman mereka selama proses renovasi berlangsung.
Jika selama proses renovasi terjadi kerusakan pada fasilitas lingkungan, maka Anda pun harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
Ingatkan pula para tukang yang melakukan renovasi untuk tidak melakukan hal yang tidak-tidak selama bekerja untuk Anda.
Semoga ulasan di atas dapat membantu Anda lebih cermat dan berhati-hati sebelum melakukan renovasi rumah.
***
Semoga ulasan di atas tadi dapat membantu Anda semua, Sahabat 99!
Jangan lupa, terus baca ulasan mengenai properti hanya di blog 99.co Indonesia.
Ingin beli properti? Langsung kunjungi www.99.co/id.
