Beberapa pembangunan Jokowi dianggap tidak memberikan keuntungan ke negara dan mendapatkan kritik habis-habisan dari para pengamat. Apa saja?
Dilansir dari katadata.co.id, beberapa pengamat menyayangkan aksi Jokowi yang membangun infrastruktur tanpa perhitungan.
Hal ini membuat pembangunan sepi penumpang, tidak memberikan keuntungan, dan terancam ditinggalkan.
Pengamat yang mengkritik tersebut di antaranya adalah Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno dan pengamat penerbangan, Alvin Lie.
Simak beragam kritikan pada beberapa pembangunan Jokowi di bawah ini!
Pembangunan Jokowi yang Mendapatkan Kritikan
1. Light Rail Transit (LRT) Palembang
Pembangunan Jokowi yang mendapatkan kritikan pertama adalah LRT Palembang yang mulai dari stasiun Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarruddin II sampai Jakabaring Sport City.
Proyek yang memakan anggaran Rp12,5 triliun ini kini hanya menarik jumlah penumpang sebesar 10% saja.
Minimnya penumpang cukup mengecewakan karena proyek ini menghabiskan biaya operasional hingga miliaran rupiah.
Pada akhirnya pembangunan ini tidak menghasilkan keuntungan dan hanya menghabiskan biaya subsidi operasional dari pemerintah.
2. LRT Kelapa Gading-Velodrome Jakarta
LRT Kelapa Gading ke Velodrome di Jakarta merupakan pembangunan yang menghabiskan anggaran hingga Rp6,8 triliun.
Proyek ini dibangun untuk mendukung Asian Games 2018, tetapi kini sepi penumpang dan hanya melayani ratusan penumpang saja.
Kelanjutan LRT juga masih menunggu izin dari Kementerian Perhubungan, sehingga terbilang menggantung.
Jaraknya yang pendek menjadi alasan mengapa LRT ini kalah saing dengan mode transportasi umum lain, seperti taxi dan angkutan online.
3. Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Pembangunan Jokowi berikutnya yang kerap dikritik pengamat adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang merupakan kerja sama Indonesia-China.
Proyek ini diperkirakan mengalami pembengkakan biaya hingga Rp27 triliun dan kini telah menghabiskan biaya sebesar Rp114,4 triliun.
Selain biaya yang membengkak, ada pula beragam masalah yang terjadi di proyek ini, seperti kematian 4 pekerja karena crane dan membuat pipa Pertamina terbakar yang menewaskan seorang pekerja.
Pengamat menganggap proyek ini akan mubazir karena jarak Jakarta-Bandung relatif dekat dan dapat ditempuh menggunakan berbagai mode transportasi.
Tiketnya yang mahal, mencapai Rp300.000, juga dapat membuat transportasi ini sepi penumpang.
4. Bandara Kertajati di Majalengka dan Bandara Lainnya
Pembangunan bandara kedua terbesar di Indonesia, Kertajati, telah menelan biaya sampai Rp4,9 triliun.
Namun, bandara ini kerap sepi penumpang dan mirip dengan museum karena sangat sepi.
Sejak April 2020, bandara ini bahkan tidak lagi melayani penumpang karena tidak ada lagi maskapai yang memiliki rute ke Kertajati.
Alasan mengapa bandara sepi adalah karena akses bandara yang sulit karena hanya dapat dilalui melewati jalan biasa.
Pengamat mengkritik pembangunan yang tidak dibarengi dengan akses dan ekosistem pendukung lainnya.
Selain Bandara Kertajati, pengamat juga menyebutkan sejumlah bandara lain yang terancam sepi penumpang.
Bandara tersebut adalah Bandara Internasional Yogyakarta, Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda, dan Bandara Purbalingga.
***
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu, Sahabat 99!
Simak juga artikel menarik lainnya hanya di portal Berita 99.co Indonesia.
Kamu sedang mencari rumah di Tangerang? Bisa jadi Jade Park Serpong adalah jawabannya!
Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!