Apakah kamu pernah melihat berita kecelakaan yang terjadi di tanjakan emen? Ya, tanjakan ini memang dikenal angker dan banyak merenggut korban.
Melansir dari Detik, tanjakan emen berada di Kampung Cicenang, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Tanjakan ini sudah dikenal keangkerannya oleh masyarakat sekitar dan sudah banyak yang tewas saat melintas di jalan sepanjang sekitar dua kilometer itu.
Walaupun sebenarnya, penyebab kecelakaan di tanjakan emen dipicu oleh faktor kesalahan manusian.
Namun, tak sedikit masyarakat yang mengaitkan kecelakaan-kecelakaan tersebut karena gangguan makhluk gaib bernama Emen.
Lantas, siapakah emen ini?
Siapakah Sosok Emen?
Menurut penelusuran yang dilakukan oleh tim Pikiran Rakyat, Emen semasa hidupnya merupakan seorang pria yang tinggal di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Bandung Barat.
Nama aslinya sendiri adalah Taing.
Ia merupakan warga asal Parung, Kabupaten Bogor yang lahir tahun 1927.
Julukan nama Emen melekat kepadanya, karena memiliki ketertarikan pada permainan cemen di Terminal Mandarin Lembang saat menunggu penumpang.
Emen tinggal di sana bersama istri, Ruminah – perempuan asal Ciparay, Bandung – dan ketiga anaknya.
Dirinya memuruskan mengungsi ke daerah Lembang karena sedang ramai-ramainya peristiwa pemberontakan Darul Islam/Negara Islam Indonesia di Jawa Barat.
Pekerjaan pertama Taing saat merantau ke Bandung diawali sebagai penjual kerupuk.
Baca Juga:
6 Hal Tentang Mitos Pohon Pule | Ini Pohon Keramat, Jangan Asal Tebang!
Asal Mula Mitos Tanjakan Emen
Keangkeran tanjakan emen dimulai dari kecelakaan maut oleh seorang sopir pada September 1956 silam…
Siapa lagi kalau bukan Emen atau Taing.
Emen sedang mengendari Oplet jurusan Bandung-Subang dengan angkutan ikan asin dari Ciroyom dan 12 orang penumpang.
Namun, kendaraan yang dibawanya tersebut mengalami rem blong, sehingga menabrak tebing, terbalik, lalu terbakar.
Para penumpangnya tewas seketika di tempat, sedangkan Emen meninggal di Rumah Sakit Rancabadak atau sekarang berubah menjadi RS Hasan Sadikin.
Darisinilah tanjakan emen selalu tercium bau belerang.
Selain itu, tak jarang pengendara yang melintasi tanjakan emen akan menghadapi fenomena, seperti rem blong, tergelincur,tiba-tiba mogok, hingga terperosok ke jurang.
Terkadang adapula penumpang bus yang kesurupan.
Baca Juga:
Hal yang Harus Dilakukan Saat Melintasi Tanjakan Emen
Banyak kepercayaan-kepercayaan yang sudah dilakukan sejak tahun 1950-an saat melintasi tanjakan emen.
Seperti harus melemparkan sebatang rokok ke pinggir jalan dan membunyikan klakson satu kali saat melintas jalan tanjakan emen tersebut.
Tujuannya agar bisa selamat dari gangguan gaib.
Hal ini mengartikan simbol memberikan rokok kepada Emen, dimana diketahui semasa hidupnya ia memang sangat suka merokok sambil mengemudi.
Namun, tidak hanya di situ letak keangkerannya konon para pengendara sering melihat penampakan hantu anak kecil di sekitar tanjakan ini.
Meskipun begitu, dilansir dari Pikiran Rakyat, anak kedua Taing, Adang Edi Kurnaedi menyebutkan bahwa sebelum meninggal Emen pernah berwasiat.
“Waktu bapak meninggal, saya baru berumur 3,5 tahun. Saya tidak tahu apa-apa. Namun kata ibu, sebelum bapak meninggal, bapak sempat berwasiat kepada teman-teman sopir oplet yang mengantarkannya ke rumah sakit. Pak Taing cuma minta, kalau lewat situ baca surat Al Fatihah dan Al Ikhlas,” kata pria yang pernah jadi sopir elf Lembang-Subang selama lebih dari 20 tahun itu.
***
Semoga artikel di atas memberikan informasi untukmu.
Kunjungi Berita Properti 99.co Indonesia untuk membaca informasi seputar properti lainnya.
Sedang mencari rumah di daerah Jababeka Residence? Langsung cek saja di situs www.99.co/id.