Salah satu peninggalan zaman purba yang bisa ditemukan di Indonesia adalah kjokkenmoddinger atau midden. Ingin tahu lebih banyak mengenai midden? Simak seluk-beluknya di sini!
Kjokkenmoddinger merupakan salah satu peninggalan zaman Mesolitikum yang dapat kamu temukan di berbagai tempat di dunia.
Di Indonesia, lokasi peninggalan midden bisa kamu temukan dari pesisir pantai timur Sumatera, dari Langsa di Aceh hingga Medan.
Karena bentuknya yang membukit dan sudah menjadi fosil, banyak orang kesulitan mengidentifikasikan kjokkenmoddinger.
Bahkan para ahli geologi juga dulunya menganggap bahwa midden adalah suatu lapisan bumi yang istimewa.
Nyatanya, midden merupakan sampah dapur yang membukit karena digunakan oleh manusia purba selama generasi ke generasi.
Yuk, simak seluk beluk kjokkenmoddinger di bawah ini!
Apa itu Kjokkenmoddinger?
Kjokkenmoddinger merupakan kata yang berasal dari bahasa Denmark yang berarti sampah dapur.
Dalam bahasa Denmark, kjokken berarti dapur, sedangkan modding artinya sampah, sehingga ketika disatukan menjadi sampah dapur.
Sampah dapur juga sering disebut sebagai midden dan merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia purba yang berasal dari zaman Mesolitikum.
Umumnya kjokkenmoddinger adalah tumpukan sampah dapur berisi kulit siput dan kerang yang menggunung hingga mencapai ketinggian 7 meter.
Alasan mengapa tingginya bisa mencapai 7 meter adalah karena sampah telah menumpuk dari generasi ke generasi ketika masyarakat purba mulai menetap di sekitar pantai atau goa.
Mengenal Sejarah Kjokkenmoddinger
Ketika pertama kali ditemukan, para ahli geologi merasa kebingungan dengan keberadaan midden.
Ahli geologi mengira midden adalah suatu lapisan bumi yang istimewa, karena penuh dengan tumpukan kerang.
Namun setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata tumpukan kerang tersebut merupakan sisa sampah dapur manusia purba.
Sampah dapur tersebut terdiri dari tumpukan kerang yang sama sekali tidak tercampur dengan tanah atau pasir yang berada di sekitarnya.
Bahkan kerang-kerang tersebut berubah menjadi fosil dan merekat dengan satu sama lain, sehingga membentuk satu tumpukan padat.
Alasan mengapa sampah yang menumpuk biasanya adalah kerang atau siput karena manusia purba di zaman Mesolitikum cenderung tinggal di pinggiran pantai.
Oleh karena itu, salah satu makanan yang sering mereka makan adalah kerang dan siput yang jumlahnya cukup banyak.
Selama bertahun-tahun, kulit kerang dan siput tersebut pun menumpuk hingga akhirnya membentuk seperti bukit yang disebut kjokkenmoddinger.
Fungsi Sampah Dapur Purba
Fungsi utama sampah dapur atau midden adalah sebagai sumber informasi bagi para peneliti untuk mengetahui jenis makanan apa saja yang dimakan oleh manusia purba.
Selain itu, peneliti juga dapat mencari tahu jenis alat-alat yang digunakan manusia purba dari kjokkenmoddinger.
Hal tersebut karena tumpukan sampah dapur tidak hanya terdiri dari kulit kerang atau siput saja, melainkan berbagai macam alat.
Pada tahun 1925, peneliti Von Stein Callenfels melakukan penelitian pada midden dan menemukan berbagai jenis benda peninggalan, seperti:
- Kapak genggam di Sumatera Utara yang diberi nama pebble atau Kapak Sumatera;
- Kapak pendek berbentuk setengah lingkaran bernama hachecourt;
- Batu pipisan untuk menumbuk, menggiling, dan menghaluskan sesuatu;
- Tulang belulang, pecahan tengkorak, serta gigi.
Ciri-ciri Sampah Dapur Purba
Ada beberapa ciri khas kjokkenmoddinger yang membuatnya berbeda dengan tumpukan sampah biasa, yaitu:
- Sampahnya berupa cangkang moluska yang membukit serta berasal dari zaman Mesolitikum
- Umumnya terletak di pesisir pantai atau di goa-goa yang disebut abris sous roche
- Tumpukan sampah telah memadat dan menyatu selama ratusan hingga ribuan tahun.
***
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu, Sahabat 99!
Simak juga artikel menarik lainnya hanya di portal Berita 99.co Indonesia.
Kamu sedang mencari rumah di Tangerang? Bisa jadi Jade Park Serpong adalah jawabannya!
Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!