Stigma negatif terhadap transpuan berusaha ditepis oleh Shinta Ratri, seorang waria pemimpin pondok pesantren di Yogyakarta. Bagaimana perjuangan Shinta? Simak kisahnya lewat artikel berikut!
Shinta merupakan transpuan yang cukup terkenal di Yogyakarta.
Sosok yang memiliki nama lahir Tri Santoso Nugroho ini pun dipercaya untuk memimpin Pondok Pesantren Waria bernama Al-Fatah.
Melansir detik.com, ia bersama sejumlah waria lainnya bergerak mencari Tuhan serta mengejar hak untuk beribadah.
Para waria di pondok pesantren itu pun memperoleh bimbingan langsung dari beberapa ustaz, salah satunya ustaz Arif Nuh Safri.
Jika memiliki kesempatan, mereka pun acap kali berkunjung ke pesantren lain untuk berbagi pengetahuan.
Selain ditunjuk memimpin Pondok Pesantren, Shinta juga aktif memberdayakan para waria di Yogyakarta dan mengajari mereka membuat kerajinan tangan.
Shinta Lulusan Sarjana Biologi
Siapa sangka jika Shinta juga memiliki perhatian terhadap pendidikan.
Hal ini terbukti dengan gelar akademiknya sebagai Sarjana Biologi di Universitas Gadjah Mada.
Lingkungan keluarga yang dekat dengan pedagang kerajinan juga membuat Shinta telah mengenal dunia wirausaha sejak kecil.
Jelang SMA, Shinta sempat diajak berdiskusi oleh keluarganya perihal kelanjutan hidup sebagai waria.
Meski sempat marah, ia pun pada akhirnya membeberkan alasannya sehingga keluarganya pun menerima dan memperlakukan Shinta sebagai perempuan.
“Menjadi waria bukan pilihan, tetapi sesuatu yang mau tidak mau harus dijalani dengan ikhlas,” Kata Shinta pada 2015 lalu.
“Sesungguhnya ketika kita menjadi diri sendiri, itu sudah menjadi sesuatu yang paling bahagia. Ketika kita menjadi diri yang disukai orang lain, itu adalah penderitaan,” ucapnya seperti dikutip detik.com.
Pesantren Al Fatah Sempat Digeruduk
Kejadian tidak menyenangkan sempat dialami Pesantren Al Fatah pada 2016 silam.
Kala itu, penggerudukan dilakukan oleh Front Jihad Islam (FJI).
Mereka meminta Shinta dan waria lainnya bertobat dan kembali menjadi laki-laki.
Tak hanya itu, kumpulan waria ini juga dituduh hendak menyebarkan ajaran sesar, perkawinan sejenis, sampai ditengarai menjadi tempat mabuk-mabukan yang berkedok pesantren.
Akan tetapi, peristiwa itu justru menjadi berkah tersendiri.
Pasalnya, ustaz Arif dan beberapa aktivis sosial serta Komnas Perempuan membela dan melawan sikap FJI.
Sejauh ini, Pondok Pesantren Waria Al-Fatah masih berdiri sebagai tempat bernaung para waria, khususnya di daerah Yogyakarta.
Beberapa kejadian tidak menyenangkan yang sempat dialami Pesantren dan para waria di dalamnya tidak serta merta menghancurkan semangat.
Justru, mereka semakin guyub dalam melawan keterbatasan dan stigma negatif dari publik.
***
Itulah kisah mengenai waria pemimpin pondok pesantren di Yogyakarta, Sahabat 99.
Semoga ulasannya bermanfaat ya.
Ikuti terus informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Jangan lupa kunjungi www.99.co/id untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk memperoleh rumah idaman.
Salah satunya seperti Kolmas Regency.