Siapa sangka, berawal dari lahir di bekas kandang ayam, kini Hermanto Tanoko berhasil menjadi bos perusahaan pembuat cat? Yuk, simak kisah inspiratifnya di bawah ini!
Nama Hermanto Tanoko menjadi salah satu figur yang disorot beberapa waktu terakhir karena baru saja masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.
Melansir Forbes, Hermanto berada di posisi 39 dengan kekayaan sebesar 700 juta dolar AS atau Rp9,86 triliun pada Desember 2020.
Namun, sebelum bergelimang harta seperti sekarang, ternyata Hermanto pernah hidup miskin bersama keluarganya.
Berikut kisah sukses Hermanto Tanoko hingga menjadi konglomerat bos sebuah perusahaan penghasil cat.
Lahir di Bekas Kandang Ayam
Salah satu faktor yang membuat hidup Hermanto dan keluarga sulit adalah Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 1959 tentang Larangan Bagi Usaha Perdagangan Kecil dan Eceran yang Bersifat Asing di Luar Ibu Kota Daerah Swatantra Tingkat I dan II serta Karesidenan.
Peraturan tersebut membuat masyarakat keturunan China kesulitan berdagang eceran di bawah tingkat kabupaten, kecuali di luar ibu kota daerah.
Akhirnya orang tua Hermanto pun sempat tinggal di emper jalan dan vihara sebelum menyewa rumah berukuran 1,5 x 9 meter.
Tempat tersebut adalah bekas kandang ayam yang disewakan sebagai rumah tinggal.
“Jadi begitu saya lahir, sudah tinggal di kandang ayam,” ujarnya, dilansir dari cnnindonesia.com yang mengutip tayangan di kanal Youtube SuccessBefore30, Minggu (4/7/2021).
Saat kecil, Hermanto pun tidak bisa jajan seperti anak-anak lainnya karena tidak memiliki uang.
Naluri Pengusaha Tumbuh dari Kecil
Hidup tertekan justru membuat Hermanto mengasah instingnya dalam berbisnis.
Saat Hermanto menginjak usia 5 tahun, sang ibu membuka toko kelontong.
Ketika mendapat angpao dari perayaan imlek, Hermanto mengikuti anjuran orang tuanya untuk membeli terigu sebagai investasi.
Ternyata benar saja, harga terigu naik dan dia pun mendapat keuntungan yang cukup besar.
Peristiwa ini membuat naluri bisnis Hermanto tumbuh.
“Akhirnya saya di toko itu, jadi senang. Saya jadi tahu, jual roti itu untungnya cuma sekian, telur asin untungnya sekian, minyak goreng sekian,” katanya.
Tidak cukup sampai di situ, pada usia 9 tahun, Hermanto dilatih sang ayah untuk melayani pembeli di toko cat dinding miliknya.
Di sinilah Hermanto mengenal product knowledge, kualitas, dan keunggulannya.
Untuk menambah keuntungan, Hermanto selalu menawarkan pembeli dari “partai besar” sebuah produk cat di mana sang ayah menjadi agen tunggalnya.
Kemudian, ayahnya pun memberi Hermanto kepercayaan untuk mengelola apotek di samping rumahnya.
Ketika itu, Hermanto sudah memiliki ambisi untuk membuat apoteknya menjadi apotek paling ramai di Malang.
Selain itu, Hermanto juga mengatur strategi agar mendapat keuntungan besar.
Salah satunya adalah dengan membeli obat secara kontan agar mendapat harga lebih murah.
Karena beban pengeluarannya lebih rendah, dia pun bisa menjual obat kepada pembeli dengan harga lebih murah dibanding apotek lain.
Tidak hanya itu, dia juga memberikan pelayanan lebih dengan menggratiskan biaya pengiriman obat kepada konsumennya.
Kisah Sukses Hermanto Tanoko Jadi Bos Cat
Perjalanan Hermanto membawa produk Avian menjadi salah satu brand cat terbesar di Indonesia dimulai pada 1982.
Saat itu dia berusia 19 tahun dan baru menikah.
Sang ayah merintis pabrik cat itu sejak 1978 dan meminta Hermanto untuk membantu mengelolanya.
Ketika mendapat tawaran itu, Hermanto pun menanyakan visi sang ayah terhadap usahanya.
“Cita-cita papa apa? Dia nangkep. Dia ingin Avian jadi nomor satu di Indonesia. Padahal, pabriknya masih belum besar, pagar saja tidak ada. Drum juga ditaruh di sawah,” ujarnya.
Kemudian, Hermanto pun berupaya meningkatkan kualitas cat Avian agar terlihat lebih menarik bagi pembeli.
Usahanya pun berhasil dan bisa membuatnya mengembangkan bisnis.
Semula, Avian diproduksi di sebuah pabrik berukuran 800 m dan hanya mempekerjakan 18 orang.
Kini, Avian memiliki dua pabrik besar yang dapat memproduksi 200 juta kilogram cat per tahun.
Merambah Bisnis Lain
Setelah sukses mengembangkan bisnis cat, Hermanto merambah bisnis consumer goods melalui Tanobel Food (PT Sariguna Primatirta).
Perusahaan tersebut memproduksi beberapa produk yang biasa kita gunakan sehari-hari, semisal air mineral Cleo, Herbal & Healthy Roller, dan lain-lain.
Bisnis ini pun sangat sukses pada tahun 2017 dan menghasilkan omzet sampai Rp440 miliar dari hanya berjualan air minum.
Terakhir, Hermanto merambah bisnis properti melalui perusahaan bernama Tanrise Property (PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk).
Kini perusahaannya tersebut telah mempekerjakan 12 ribu karyawan dan menaungi 75 perusahaan serta 300 brand.
Keren banget ya kerja cerdas Hermanto Tanoko!
***
Semoga artikel ini menginspirasi Sahabat 99 ya!
Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.
Jika sedang mencari rumah di Bali, bisa jadi Damara Village di Kuta Selatan adalah jawabannya.
Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!