Kisah mualaf mengharukan datang dari seorang mantan biarawati, Irena Handono. Dia pindah agama dari Kristen ke Islam dengan hal yang tak biasa. Seperti apa ceritanya?
Irena Handono sempat viral beberapa waktu yang lalu, Sahabat 99.
Dia adalah saksi pelapor dalam kasus penistaan agama yang melibatkan Ahok, ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta saat itu.
Sebelum memutuskan mualaf, kabarnya Irena merupakan biarawati dengan mengikuti sekolah khusus.
Keluarganya juga berlatar belakang Katolik yang taat.
Melansir makassar.terkini.id, kisah mualaf mengharukan Irena berawal dari mencari kelemahan Islam.
Dia ingin membandingkan konsep ketuhanan pada agama Kristen dengan konsep ketuhanan dalam Islam.
Namun, setelah menemukan jawabannya, dia mengakui Islam adalah agama yang sempurna.
Kisah Mualaf Mengharukan Mantan Biarawati Irena Handono
Kisah Irena Handono mualaf bermula ketika dia berdiskusi dengan seorang dosen.
Hal itu mengenai perbandingan agama terkait konsep keimanan.
Seorang dosen sempat mengatakan bahwa Katolik adalah agama terbaik, bukan Islam.
Diliputi rasa penasaran, Irena ingin mempelajari agama Islam secara langsung dari sumbernya yaitu Al-Qur’an.
Dosennya kala itu mengizinkan Irena mempelajarinya.
Irena pun segera ke perpustakaan untuk meminjam Al-Qur’an.
Namun, dia bingung karena memilih kitab suci agama Islam tanpa terjemahan.
Dia akhirnya meminjam dan membaca Al-Qur’an lain dengan terjemahannya.
“Saya pulang ke biara dan malamnya saya baca Al-Qur’an, tapi cara baca terbalik. Saya buka dari belakang, bukan dari depan, maka saya berjumpa surat Al Ikhlas,” kata dia.
Melihat arti dari surat tersebut, dia pun merasa terkejut.
“Ini jawaban Allah. Baru baca terjemahan itu saja, saya sudah terkejut. Ini yang mutlak benar. Bagi saya Allahu Ahad, Allah itu Esa, itu ya betul. Enggak mungkin dua, kalau dua (Tuhan) itu ciptaan.”
Irena mengatakan bahwa konsep ketuhanan di Al-Qur’an adalah sempurna dan tak terbantahkan.
Sebelumnya, Irena mengaku didoktrin soal pengandaian berbagai konsep Tuhan yang ada sisi kelemahannya.
Salah satunya konsep Tuhan itu satu dalam segitiga.
Dari situ, rasa penasaran dan pergulatan batin makin memuncak.
Mulai Mendalami Islam
Melansir Suara.com, Irena terus mengkaji Al-Qur’an.
Dia memperlajarinya melalui surat-surat terjemahan yang ada di kitab tersebut.
“Pertama baca, saya ah ini benar, ini logic. Ini bener. Dari situ saya makin gali dan lihat berbagai sisi perbandingannya dan pelaksanaannya (konsep ketuhanan Islam). Semakin yakin Surat Al-Ikhlas,” katanya.
Hal inilah yang perlahan membawanya untuk pindah agama.
Irena Handono mengaku bahwa hal tersebut merupakan suatu hidayah dan nikmat luar biasa.
“Hidayah tak ada nilai tandingannya. Hidayah dibandingkan dengan gunung emas, gunung berlian pun tidak tertukar.”
Dia pun mantap menjadi mualaf.
Memutuskan Mualaf Sehari Sebelum Ramadan
Kisah mualaf mengharukan yang dialami Irena Handono tidak semudah yang dibayangkan.
Memutuskan menjadi seorang mualaf pada usia 26 tahun sehari sebelum Ramadan, keluarganya pn tidak menerimanya.
Bahkan, dia harus sembunyi-sembunyi.
“Umi bersyahadat persis sehari sebelum Ramadan dengan disaksikan KH Misbach. Saat itu keluarga belum tahu. Saat sahur tiba, Umi makan buah ataupun roti. Itupun sembunyi-bunyi,” katanya.
Namun, seiring waktu dia mulai terang-terangan dengan agama barunya tersebut.
Irena juga menunaikan haji pada 1992 dan makin dalam belajar Islam.
Kini, dia adalah seorang ustadzah.
Di sisi lain, kisah mualaf mengharukan Irena Handono tersebut sempat menjadi perdebatan di tengah kasus penodaan agama yang melibatkan Ahok.
Tim kuasa hukum Ahok menuding kalau Irena mengarang cerita fiktif, tak terkecuali terkait agama di masa lalunya.
***
Semoga bermanfaat, Sahabat 99.
Simak artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Jangan lupa, cek rumah idamanmu sekarang hanya di www.99.co/id!