Kampung Mualaf Darussalam belum lama ini menjadi sorotan karena dulunya semua warga di sana adalah penyembah setan. Seperti apa kisahnya?
Sahabat 99, cerita penyembah setan ternyata bukan sekadar isu belaka.
Hal tersebut ternyata pernah terjadi di sebuah kampung di Indonesia.
Tidak hanya satu atau dua orang, akan tetapi dialami sebagian warga kampung sana.
Namun, saat ini kampung tersebut telah berubah drastis.
Warga sudah meninggalkan kepercayaannya dan menjadi mualaf.
Kampung tersebut dinamakan Kampung Mualaf Darussalam.
Ini dia cerita lengkapnya…
Kisah Kampung Mualaf, Dulunya Penyembah Setan
Melansir Suara.com, kampung tersebut terletak di dataran tinggi Kelurahan Betteng, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Kampung Mualaf Darussalam dulunya adalah penyembah setan.
Kampung ini diresmikan sekitar Februari 2019.
Warga kampung sebagian besar berasal dari Dusun Makula, Desa Mesakada, Kecamatan Lembang.
Mereka bekerja sebagai buruh tani.
Sebelum menjadi mualaf, rata-rata warga di sana menyembah makhluk halus atau roh.
Warga menganut kepercayaan animisme Aluk Todolo.
Kepercayaan tersebut berasal dari suku Toraja Kuno.
Seiring waktu, satu demi satu warga memeluk agam Islam.
Awal Mula Kampung Mualaf Darussalam
Guntur, tokoh masyarakat atau inisiator Kampung Mualaf Darussalam menceritakan dirintisnya kampung tersebut.
Kampung tersebut memang untuk mualaf atau orang yang baru memeluk agama Islam.
Pria berusia 51 tahun itu sendiri memeluk Islam berkat bimbingan tetangganya yaitu Ibu Mirna dan suaminya.
Sejak dia mualaf, tak disangka beberapa warga desa ikut mendalami ajaran agama Islam.
“Kampung Mualaf ini awalnya kami hanya satu keluarga 6 orang yang tinggal. Alhamdulillah, sekarang sudah ada 30 orang mualaf atau 17 kepala keluarga yang tinggal,” katanya.
Saat ini, sudah ada 20 unit rumah yang terbangun.
Perkampungan mualaf terbilang masih baru.
Namun, rumah ibadah, listrik, hingga lahan pemakaman telah tersedia.
Semua pembangunan itu berasal dari sumbangan masyarakat di luar kampung.
“Alhamdulillah, tahun ini adalah Ramadan ketiga. Saat ini kami sedang membangun asrama untuk menampung para mualaf dari tetangga kampung yang mau belajar agama di sini,” ujar Guntur.
Untuk sampai ke kampung itu, pengunjung harus menempuh jalur yang cukup sulit.
Jalannya rusak berbatu, berdebu, dan berlumpur ketika hujan.
Dari Kabupaten Pinrang, membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai ke Kecamatan Lembang.
Selanjutnya, dari kecamatan ke Kamopung Mualaf Dusun Makula butuh sekitar satu jam perjalanan.
Pesantren dan Kekurangan Ustaz
Kampung Mualaf Darussalam menjadi harapan baru bagi warga setempat.
Warga kampung tersebut pun memimpikan sebuah pesanteren sebagai pusat pendidikan bagi anak-anak.
Kampung tersebut juga masih kekurangan ustaz atau penceramah yang bisa mengajari ilmu bagi para mualaf.
“Kami di sini masih terkendala dengan da’i atau guru agama. Untuk mengajari anak-anak mengaji dan penceramah, terutama di bulan Ramadhan ini,” tuturnya.
Sementara itu, Ustaz Mursidin Husdin mengaku telah melakukan pendampingan agama sejak kampung tersebut dibentuk.
Dia adalah salah seorang pembimbing agama asal Kabupaten Toraja Utara.
“Saya melakukan pendampingan dan mengajari ilmu agama ke mereka paling satu sampai tiga hari. Karena saya juga seorang guru salah satu sekolah di Toraja, jadi waktu saya cukup terbatas,” katanya.
Dia berharap agar adanya relawan da’i untuk melakukan pendampingan agama secara intensif terhadap para mualaf.
Ini mengingat pemahaman mereka mengenai agama masih cukup awam.
“Mereka ini ibaratkan kertas putih yang masih sangat awam pemahaman agama islam, jadi memang perlu kesabaran untuk menuntun mereka,” ujarnya.
***
Semoga bermanfaat, Sahabat 99.
Simak artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Jangan lupa, kunjungi www.99.co/id untuk menemukan rumah impianmu!