Berita Ragam

Kenapa Suku Jawa Tidak Memiliki Marga seperti Batak? Begini Penjelasannya!

2 menit

Tidak seperti suku lain di Indonesia dan juga warga negara lain yang pada umumnya memiliki marga atau nama keluarga, Suku Jawa ternyata tidak mengenal marga. Apa alasannya?

Suku Jawa merupakan suku paling banyak di Indonesia dengan persentase lebih dari 40 persen dari 270,7 juta penduduk Indonesia.

Namun, tidak seperti suku lainnya yang terdapat di Indonesia, Suku Jawa tidak mengenal budaya marga.

Lantas, kenapa Suku Jawa tidak mengenal budaya marga?

Daripada penasaran, langsung saja simak ulasannya di bawah ini!

Kenapa Suku Jawa Tidak Memiliki Marga?

Suku Jawa Menggunakan Nama Sederhana

Dilansir dari video di kanal YouTube KAHURIPAN, Senin (6/12/2021), Suku Jawa lebih mengutamakan nama-nama sederhana.

Hal tersebut berbeda dengan suku lain di Indonesia, seperti Batak, Manado, Ambon, dan beberapa suku lainnya.

Selain itu, kebanyakan nama orang-orang dari Jawa memang tidak lebih dari satu atau dua kata dengan maksud agar lebih mudah diingat.

Nama Marga di Budaya Jawa

suku jawa

Sementara itu, penulis buku asal Amerika Serikat Clifford Geertz lewat bukunya berjudul The Religion of Java, menjelaskan fenomena ini berdasarkan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun menetap di Kediri, Jawa Timur.

Berdasarkan penelitiannya, budaya marga dalam Suku Jawa hanya berlaku pada kalangan ningrat atau kerajaan saja.

Sementara untuk kalangan lain, seperti Jawa abangan mengenal penamaan berdasarkan weton atau hari kelahiran berdasarkan penanggalan Jawa, seperti Senen, Rebo, Wage, Kliwon, Pon, Pahing, dan Legi.

Kalangan agama Jawa lebih mengenal penamaan dengan nama-mana Islami, seperti Rahmat, Ahmad, Komarudin, Komariyah, Zubaidah, Zulkifili, Badriyah dan masih banyak lagi.

Kalangan priyayi atau terpelajar menggunakan nama-nama yang berbau cendekiawan yang merupakan campuran dari Bahasa Sanskerta.

Adapun nama-nama tersebut seperti Joko, Bambang, Arif, Budi, Tuti, Widya, Setiawan, Setiawati.

Beban Nama Panjang

Tujuan penamaan dengan satu lafal ini dimaksudkan agar lebih mudah diingat saat harus melakukan ritual selamatan.



Selain itu, masyarakat Jawa juga mengenal mitos ‘kabotan jeneng’ atau keberatan nama jika nama yang diberikan terlalu panjang dan bermakna besar.

Seseorang yang diberi nama terlalu panjang dikhawatirkan tertekan karena tidak dapat berperilaku baik sesuai dengan makna mendalam pada nama yang diberikan orang tuanya.

Marga di Kalangan Ningrat

Bagi kalangan ningrat Jawa atau keluarga kerajaan, pemberian nama marga seperti Suryonegoro, Hadinegoro, Kusumodiharjo, dan lainnya, diperlukan sebagai upaya memperkenalkan diri.

Hal itu untuk menunjukkan bahwa mereka adalah kaum kalangan nigrat yang harus dihormati oleh masyarakat setempat.

Bahkan, keluarga ningrat ini harus berperilaku selayaknya kode etik keraton karena mereka harus menjaga nama baik keluarga atua marga yang disandang.

Marga Hanya untuk Kalangan Tertentu

ningrat

Di zaman kolonial, penggunaan marga hanya berlaku pada kalangan pemilik tanah, politisi kerajaan hingga bangsawan.

Biasanya, penamaan itu diperlukan untuk kepengurusan warisan dan juga kepemilikan properti.

Sementara saat itu, Suku Jawa kebanyakan bekerja sebagai petani atau rakyat jelata tidak memiliki kepentingan untuk menggunakan marga.

Hal ini disebabkan karena mereka hanya tinggal di sebuah kampung dengan kondisi tempat tinggal terbatas.

Masyarakat Jawa juga sudah lama hidup mengabdi pada pemilik tanah, sehingga tidak memiliki aset penting yang memerlukan nama marga.

Sampai akhirnya kebiasaan memberi nama tanpa marga dan hanya menggunakan satu kata dalam budaya Jawa terus diterapkan oleh masyarakat Jawa hingga sekarang.

Meskipun secara kondisi ekonomi dan status sosial masyarakat Suku Jawa sudah berubah.

***

Demikian penjelasan mengenai marga dan nama keluarga di Suku Jawa.

Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk Sahabat 99!

Simak juga artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Sedang mencari perumahan impian di Bintaro?

Kunjungi 99.co/id dan temukan beragam pilihan perumahan seperti di U House Bintaro.




Nita Hidayati

Penulis konten
Follow Me:

Related Posts