Ada beberapa syarat agar sebuah kota dicap sebagai smart city. Apakah ibu kota negara baru kita di Kalimantan bisa memenuhi semua persyaratan tersebut? Simak selengkapnya di sini!
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap ibu kota negara baru di Penajem Paser Utara, Kalimantan bisa menjadi smart city dunia.
Saat hadir di HUT Ahli Perencanaan Indonesia (IAP), Jokowi mengatakan ia ingin Penajem Paser Utara menjadi kawasan terpadu.
“Mari kita rancang IKN baru di Kalimantan Timur menjadi kota dan kawasan yang benar-benar smart desainnya, yang menjadi pionir kota rujukan dunia,” jelas Jokowi, seperi dikutip dari Kompas, Senin (19/04/2021).
Untuk merealisasikan mimpinya, Jokowi menggandeng Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) untuk turut membangun smart city.
Tidak hanya di Kalimantan, Jokowi menginginkan IAP bisa berkontribusi untuk banyak kota lainnya.
Langkah apa saja yang dilakukan Jokowi untuk mewujudkan cita-citanya untuk Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan?
Berikut berita selengkapnya.
Jokowi Giat Membangun Ibu Kota Negara Baru dengan Sistem Terpadu
Sebelum menyentuh IKN baru, langkah pertama yang Jokowi lakukan adalah dengan menerapkan desain pintar di beragam provinsi.
Ini diharapkan bisa meningkatkan nilai sebuah provinsi, sekaligus semua kota di dalamnya.
Istilah smart city sendiri kerap dipergunakan di banyak negara di seluruh dunia.
Sayangnya, istilah tersebut digunakan terbatas, yakni sebagai smart digital city yang melakukan banyak automasi digital saja.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan istilah smart home atau rumah pintar.
Rumah pintar bergerak secara digital atau menggunakan Internet of Things (IoT).
Segala hal di rumah dioperasikan melalui internet, mulai dari menyalakan lampu, buka gorden, sampai mengunci pintu.
“Pengguna rumah dimanjakan oleh perangkat dan sistem kerja yang serba otomatis yang dikendalikan dari jauh,” tutur Jokowi.
Padahal, makna “smart” pada smart city tidak hanya sebatas operasi digital saja, tetapi desainnya juga.
Jokowi menjelaskan, kota pintar adalah kota yang menjaga lingkungan, sosial, dan memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Itulah yang ia harapkan ada di ibu kota negara baru di Kalimantan.
“Desainnya yang smart, smart secara kultural, smart secara sosial, dan smart secara ekonomi. Kemudian semuanya ditopang oleh teknologi termasuk automasi Internet of Things yang meningkatkan kebahagiaan warganya,” lanjutnya.
Kondisi Tersebut Tidak Terlihat di Jakarta, Dianggap Kota yang Tidak Gesit
Salah satu alasan utama pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan adalah wilayah yang sudah tidak kondusif lagi.
Jakarta dinilai sudah tidak gesit dan kewalahan dalam menanggung beban sebagai ibu kota negara.
Mengutip dari Bisnis, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih berkomentar, “Melihat juga beban kondisi Jakarta, daya tampung Jakarta juga sudah berat. Kita tahu saat ini banjir, tanah turun, potensi air juga kurang, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mempunyai Ibu Kota Negara yang baru.”
Perpindahan IKN diharapkan bisa meringankan beban Jakarta, dan secara tidak langsung memperbaiki kota menjadi lebih baik.
***
Semoga ulasan di atas bermanfaat ya, Sahabat 99…
Jangan lupa pantau terus artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Untuk kamu yang ingin membeli hunian di kawasan strategis seperti Upper West BSD, langsung kunjungi 99.co/id, ya!