Tikar tradisional merupakan penemuan manusia paling sederhana yang sangat berguna. Kamu bisa menggunakannya sebagai alas duduk maupun tidur. Yuk, kenali apa saja jenis tikar anyaman tradisional berikut ini!
Berbeda dari karpet, tikar biasanya terbuat dari anyaman daun maupun serat tanaman.
Oleh sebab itu, tekstur permukaannya cenderung keras dengan motif yang khas.
Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara Asia lainnya juga memiliki tikar tradisional mereka sendiri, lo.
Berikut informasi selengkapnya mengenai berbagai jenis tikar anyaman tradisional.
5 Jenis Tikar Anyaman Tradisional yang Mulai Terlupakan
1. Tikar Samak
Pertama ada tikar samak dari Jawa Barat, Indonesia.
Bahan penyusunnya adalah anyaman ratusan daun jerami kering, Sahabat 99.
Tergantung ukurang yang kamu inginkan, jumlah daun yang perlu kamu siapkan bahkan bisa mencapai ribuan.
Saat ini eksistensi samak mulai tergeser oleh karpet modern yang harganya cenderung lebih murah.
Padahal selain nilai budaya, samak memiliki sentuhan kehangatan karena merupakan kerajinan tangan.
2. Korai Paai
Sekilas, korai paai tampak mirip dengan samak. Hanya saja anyaman satu ini bukan dari Indonesia.
Korai paai merupakan jenis tikar tradisional dari kawasan Tamil Nadu, India Selatan.
Bahan baku utama pembuatannya adalah tanaman bernama Cyperus pangorei.
Serat tanaman tersebut memiliki tekstur yang lentur dan halus sehingga nyaman sebagai alas duduk.
Agar tampilannya lebih menarik, masyarakat India kerap mencelup serat tanaman dengan pewarna alami terlebih dahulu.
Oleh sebab itu, kamu bisa menemukan korai paai dalam warna merah, hijau, atau bahkan ungu, Sahabat 99.
Selain itu, kerajinan tradisional satu ini memiliki harga jual tinggi karena proses pembuatannya yang lama.
3. Tatami
Berikutnya ada tatami, tikar tradisional dari Jepang yang terbuat dari jerami.
Berbeda dengan samak, untuk membuat tatami kamu harus menenunnya dan bukan menganyamnya.
Kemudian pada bagian ujung, ada kain yang menempel sebagai penutup agar tampilan tatami tampak lebih rapi.
Menariknya, dahulu alas duduk satu ini ternyata merupakan barang mewah, lo.
Hanya orang kaya yang bisa memilikinya untuk menghangatkan lantai rumah mereka.
Namun sekitar abad ke-17 penggunaannya mulai popular di berbagai kelas sosial, Sahabat 99.
Hingga saat ini, tatami masih eksis dan bahkan kerap menjadi cendera mata khas negeri Sakura.
Namun materialnya mulai berubah menjadi bahan sintetis seperti stirofoam dan pembuatannya kini mengandalkan mesin.
4. Lampit Rotan
Kembali ke Indonesia, pulau Kalimantan juga memiliki tikar tradisionalnya sendiri, lo.
Alas duduk satu ini terkenal dengan sebutan lampit rotan yang terbuat dari jalinan batang rotan.
Untuk membuatnya, kamu harus menjalin setiap batang rotan secara manual menggunakan tangan.
Kerajinan ini cukup popular karena karakter rotan yang mampu menyesuaikan diri dengan udara.
Jika udara sedang dingin, kamu akan merasa hangat saat berada di atas lampit rotan.
Sementara ketika udara terasa panas, permukaan alas duduk ini akan terasa sejuk.
Namun perlu kamu ingat, harganya pun cenderung lebih mahal daripada karpet kain.
5. Tikar Bambu
Terakhir ada alas duduk khas China, yakni tikar bambu.
Kerajinan satu ini bisa kamu temukan di kuil-kuil Buddha maupun hunian tradisional China.
Seperti namanya, bahan baku utama alas tradisional ini adalah bambu yang terikat dengan rapi menjadi satu kesatuan.
Untuk menjaga tampilannya yang alami, pengrajin tidak menggunakan pewarna apa pun pada permukaannya.
Oleh sebab itu warna alas duduk tradisional ini bisa berubah seiring dengan waktu.
Semakin lama kamu gunakan, warna bambu akan cenderung kecokelatan termakan usia.
***
Semoga informasinya bermanfaat ya Sahabat 99.
Pantau terus informasi penting seputar properti lewat Berita 99.co Indonesia.
Kamu juga bisa menemukan properti idamanmu di 99.co/id.
Ada beragam pilihan menarik, seperti kawasan Citadines Berawa Beach Bali.