Berita

Kota Ini Melegalkan Izin Mengubah Jenazah Jadi Kompos. Solusi Kepadatan TPU?

2 menit

Jika ada orang yang meninggal, biasanya jenazah dikuburkan atau bahkan dikremasi. Namun, di Kota Washington, Amerika Serikat, tampaknya akan ada alternatif baru dalam mengurus jenazah. Pasalnya, di sana akan dilegalkan izin mengubah jenazah jadi kompos.

Peraturan yang Kontroversial

Mengubah jenazah jadi kompos adalah peraturan kontroversial yang disahkan oleh Gubernur Washington, Jay Inslee.

Berdasarkan peraturan yang berlaku di tahun 2020 tersebut, nantinya akan ada fasilitas berizin yang menawarkan jasa mengubah mayat menjadi pupuk kompos.

Jasa yang bernama “pemusnah organik alami” ini akan mengolah mayat bersama bahan-bahan tertentu yang menjadikannya pupuk.

Proses ini memerlukan beberapa minggu hingga akhirnya keluarga dapat menyimpan hasilnya di dalam guci atau menaburkannya ke tanaman sebagai pupuk.

Peraturan ini ternyata muncul karena keresahan terhadap zat kimia yang tidak ramah lingkungan yang dilepaskan oleh jenazah.

Mayoritas Pengurusan Jenazah Dianggap Merusak Lingkungan

Proses kremasi, menurut para pendukung kebijakan ini, dapat mengeluarkan karbondioksia dan zat berbahaya ke udara.

Baca Juga:

Berita Viral Kisah Mistis Manusia Kembar Buaya! Nyata atau Hoax?

Sedangkan jenazah yang dikubur bisa mencemari air tanah.

Selain itu, proses perawatan jenazah konvensional memberikan dampak negatif yang terus-menerus bertambah, seperti dilansir dari beritagar.id.

Di Amerika Serikat sendiri, sekitar 9 ribu km papan kayu, 1,6 juta ton beton, 800 ribu galon cairan pembalsem, dan 90 ribu ton baja digunakan setiap tahun untuk penguburan.

Sedangkan kremasi berdampak pada lepasnya 250 ribu ton CO2 setiap tahunnya, atau sebanding dengan membakar hampir 30 juta galon bensin.



Biaya Mengubah Jenazah Jadi Kompos

mengubah jenazah jadi kompos

Untuk biayanya sendiri, metode ini memerlukan biaya sebesar US$5.500 (sekitar Rp79 juta).

Jika dibandingkan dengan biaya pemakaman tradisional di AS yang memakan biaya lebih dari US$7 ribu (sekitar Rp100 juta), tentunya opsi ini dinilai lebih murah.

Namun, metode baru ini masih dirasa mahal jika dibandingkan dengan biaya kremasi yang hanya menelan biaya sebanyak US%1.000 (setara Rp14 juta).

Protes Warga

Ternyata, tidak semua lapisan masyarakat menyetujui kebijakan yang cukup kontroversial ini.

Melansir dari kumparan.com, Senator Jamie Pederson dari Partai Demokrat menerima banyak sekali surel yang berisikan protes.

Mereka berpendapat bahwa metode ini tidak menghargai jenazah.

Namu, Pederson membantahnya dan menyebutkan bahwa proses ini dilakukan dengan penuh rasa hormat.

Baca Juga:

Bikin Geli, Ih! Ribuan Ikan Penis Penuhi Pantai di Negara Ini

***

Nantikan informasi dan berita terbaru lainnya di Blog 99.co Indonesia.

Tak lupa, kunjungi 99.co/id untuk mencari properti idamanmu!




Mukhammad Iqbal

Lulusan Sastra Inggris UPI yang sudah bergelut di dunia kepenulisan sejak 2016. Sempat jadi Copy Editor dan Content Writer, sekarang Content Editor artikel properti hingga lifestyle. Senang menonton film, membaca, dan bermain game hingga larut malam.
Follow Me:

Related Posts