Saat ini, pembangunan 656 unit Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) di Destinasi Wisata Super Prioritas Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah rampung. Pembangunan homestay di Labuan Bajo tersebut nantinya diharapkan bisa mendorong industri pariwisata sekaligus meningkatkan perekonomian serta mewujudkan hunian yang layak bagi masyarakat.
“Program Sarhunta dilaksanakan dalam rangka meningkatkan keswadayaan masyarakat untuk mewujudkan rumah layak huni dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi destinasi pariwisata prioritas,” ujar Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid dalam keterangan tertulis, Minggu (13/6/2021).
Adapun lokasi kegiatan peningkatan kualitas rumah swadaya tersebut dilakukan di dua daerah, yakni Kabupaten Manggarai Barat tersebar di 4 kecamatan dan 12 kelurahan atau desa serta Kabupaten Manggarai di satu kecamatan dan empat desa.
Anggaran yang Dibutuhkan Rp50 Miliaran
Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (P2P) Nusa Tenggara II Ditjen Perumahan Kementerian PUPR, Yublina D. Bunga menuturkan, pihaknya sudah menyelesaikan 656 unit Sarhunta sebagai dukungan terhadap daerah wisata super prioritas Labuan Bajo.
“Kami telah menyelesaikan pembangunan 656 unit Sarhuna di Labuan Bajo. Jumlah anggarannya sekitar Rp53,02 miliar,” katanya.
Kemudian, Bunga berharap program Sarhunta dapat mengajak masyarakat untuk meningkatkan kualitas huniannya menjadi lebih layak huni bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Diharapkan Bisa Menarik Wisatawan
Khalawi menuturkan, pengesahan program tersebut dilatarbelakangi faktor banyaknya wisatawan yang datang berkunjung ke Labuan Bajo dan memanfaatkan Sarhunta yang difungsikan masyarakat sebagai homestay.
Dengan adanya program itu, tambahnya, wisatawan diharapkan mulai datang berkunjung ke tempat-tempat pariwisata di Labuan Bajo.
Kasus Covid-19 Melonjak, Labuan Bajo Siap Menerima Wisatawan?
Sementara itu, melansir dari bbc.com, seorang ahli penyakit menular mengaku khawatir bahwa Indonesia kemungkinan akan mengalami ledakan ‘bom waktu Covid-19’ dalam dua hingga tiga pekan mendatang.
“Kemungkinan terburuknya adalah lonjakan kasus yang sangat besar. Tidak pada akhir Juni ini, tapi setelahnya, terutama jika (antisipasi) tidak dipersiapkan,” kata ahli penyakit menular dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, kepada Nurika Manan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (13/06).
Dia juga menganggap kebijakan yang tidak tepat kemungkinan akan memperburuk situasi, di mana pandemi semakin lama, serta kemungkinan terburuk berupa lonjakan kasus yang diperkirakan mencapai ratusan ribu per hari.
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Sahabat 99.
Jangan lupa pantau terus artikel menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah dijual di Sukolilo?
Cek saja pilihannya hanya di 99.co/id!