Zaman penjajahan Belanda meninggalkan banyak sekali bangunan yang masih berdiri kokoh sampai sekarang, menjadi saksi bisu zaman penjajahan. Salah satu bangunan peninggalan Belanda yang memiliki gaya arsitektur keren adalah Villa Isola.
Villa berarsitektur tak biasa ini hingga kini masih berdiri kokoh, difungsikan sebagai gedung rektorat Universitas Pendidikan Indonesia.
Di balik kemegahannya, ada banyak fakta menarik tentang villa yang sudah berpuluh-puluh masih tetap berdiri.
Mau tahu-fakta menarik yang tentang villa ini? Yuk, simak selengkapnya!
7 Fakta Menarik Villa Isola yang Berarsitektur Megah
1. Pemilik Awal Villa Isola
Sumber: hipwee.com
Dominique Willem Barrety, pria kelahiran Yogyakarta tahun 1980 keturunan Italia-Jawa, adalah sang raja koran pemilik Algemeen Nieuws- en Telegraaf Agentschap (ANETA).
Baretty menyimpan kisah tragis dengan villa miliknya ini. Ia hanya bisa menikmati villa yang ia dirikan selama satu tahun.
Ia tewas dalam perjalanan pulangnya dari Amsterdam ke Batavia menaiki saat pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
Baca Juga:
Kisah Seram Villa Paula, Rumah Hantu yang Tak Kunjung Laku Dijual
2. Bergaya Arsitektur Art Deco
Dibangun pada rentang waktu Oktober 1932 – Maret 1933, memakan waktu setahun, Isola mengaplikasikan gaya arsitektur Art-deco.
Pada masanya, Isola menjadi puncak modernitas. Dirancang oleh seorang arsitektur bernama Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker.
Ia adalah seorang arsitektur Belanda yang banyak merancang bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur art deco.
Biaya pembangunan Isola tak tanggung-tanggung yaitu sebesar 500.000 gulden, jika dirupiahkan menjadi 250 miliar rupiah.
Pada masa itu, bangunan-bangunan yang ia didirikan memang ditujukan untuk menjadi pembeda dari arsitektur bangunan yang lainnya.
Bangunan lainnya yang pernah ia rancang adalah Gedung Merdeka, Bandung Cathedral, Bio Farma, Gereja Bethel, dan lainnya.
3. Tempat Menyendiri
“M’isolo E Vivo” adalah kalimat yang pernah tertulis di dinding bagian dalam Isola, artinya “aku sendiri dan betahan”.
Tak lain dan tak bukan adalah Baretty sendiri yang menginginkan tulisan tersebut tertulis di dinding Isola.
Mungkin memang seperti itu yang dia inginkan, tempat menyendiri dan terletak jauh di pinggiran Bandung Utara.
Isola baginya adalah tempat menyendiri untuk berhibernasi. Memang jika dilihat dari kehidupan seorang Baretty, hidupnya penuh lika-liku.
Dulunya tidak ada bangunan sama sekali di sekitarnya, hanya hamparan perkebunan dan hanya Isola yang berdiri di daerah situ.
4. Partere-Villa Isola-Bareti
Partere adalah nama taman belakang Isola dan Bareti adalah nama taman depan. Menariknya kedua taman ini berukuran sangat luas dan memanjang.
Kedua taman ini sangat mengagumkan, dari Bareti kamu akan bisa melihat Kota Bandung dan di Partere kamu bisa menikmati suasana yang menengankan.
Kedua taman itu kini juga menjadi bagian dari Universitas Pendidikan Indonesia.
5. Villa Isola Sempat Menjadi Markas Jepang
Setelah meninggalnya Baretty, Isola difungsikan menjadi sebuah hotel dengan nama Hotel Savoy Homann.
Hingga akhirnya pada tahun 1942 direbut oleh Jepang dan dijadikan markas besar pasukannya.
6. Katanya “Berhantu”
Melihat sejarahnya yang panjang, mungkin dapat dimaklumi jika villa yang hingga kini masih berdiri kokoh ini memiliki cerita mistis.
Banyak cerita mistis yang beredar tentang Isola, katanya orang-orang bisa melihat sosok noni Belanda di jendela atas.
Ada juga yang bercerita bahwa kadang kerap terdengar suara denting piano yang suaranya berasal dari Isola.
Menyeramkan, bukan? Bahkan Jurnal Risa pernah mengunjungi tempat ini, lho!
7. Bumi Siliwangi
Setelah dialihfungsikan menjadi gedung rektorat Universitas Pendidikan Indonesia, Isola diubah namanya menjadi Bumi Siliwangi.
Tulisan “M’isolo E Vivo” juga telah diganti dengan tulisan Bumi Siliwangi.
Baca Juga:
Bagai Villa, Ini Potret Megah Rumah Chris Pratt | Banyak Pohon Cemara!
Semoga artikel ini bermanfaat ya, Sahabat 99!
Simak informasi menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Tak lupa, kunjungi 99.co/id dan temukan hunian impianmu dari sekarang!
