Berita Ragam

Sebelum G30S, DN Aidit Temui Mao Zedong Bahas Soekarno. Ini Isi Pembicaraannya!

3 menit

Ternyata, sebelum peristiwa Gerakan 30 September meletus, Ketua Comite Central (CC) PKI DN Aidit sempat bertemu dengan pimpinan Partai Komunis China, Mao Zedong. Bahkan keduanya sempat membahas soal Presiden Soekarno.

Gerakan 30 September 1965 menjadi salah satu peristiwa kelam yang terjadi di Indonesia yang tidak bisa dilupakan.

Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal dan satu perwira tewas.

Jenazahnya para jenderal tersebut ditemukan di dalam sumur tua dengan kedalaman sekira 12 meter pada 4 Oktober 1965.

Setelah peristiwa tersebut terjadi, PKI dituduh sebagai dalang G30S.

Namun, sebelum peristiwa itu terjadi, dikabarkan bahwa Ketua CC PKI, DN Aidit, sempat bertemu dengan Mao Zedong untuk membahas situasi di Indonesia.

Berikut adalah kisah pertemuan tersebut.

Pertemuan DN Aidit dan Mao Zedong

pertemuan dn aidit dan mao zedong

sumber: republika.co.id

Cerita ini ditulis oleh Asisten Profesor di Universitas Teknologi Nanyang (NTU), Taomo Zhou, dalam laporan berjudul China dan Gerakan 30 September.

Catatan ini pun dimuat di dalam Jurnal Indonesia Volume 98, tahun 2014, terbitan Cornell University Southeast Asia Program.

Dalam catatan tersebut, dikisahkan bahwa DN Aidit bersama istrinya, Tanti, dan Wakil Sekretaris PKI, Jusuf Adjitorop, mengunjungi Ketua Partai Komunis China, Mao Zedong, di China pada 5 Agustus 1965.

Selain Mao, pertemuan itu juga dihadiri Perdana Menteri China, Zhou Enlai, dan Menteri Luar Negeri Chen Yi, Deng Xiaoping, Liu Shaoqi, dan Peng Zhen.

Selain situasi politik, Aidit juga membahas mengenai kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk beberapa waktu terakhir.

Saat itu, diketahui bahwa sang proklamator menderita cerebral vasospasm atau semacam gangguan pembuluh darah di otak.

Diungkapkan pula bahwa saat itu para pemimpin China khawatir jika Soekarno digantikan oleh tokoh sayap kanan yang mereka anggap didukung Amerika Serikat.

Tokoh yang dimaksud adalah Menteri Koordinator Bidang Pertahanan Keamanan/Kepala Staf ABRI, Jenderal Abdul Haris Nasution.

Isi Percakapan Aidit dan Mao

percakapan mao zedong dan ketua pki

sumber: historia.id/wikipedia commons

Melansir detik.com, Taomo Zhou mengetahui pembicaraan Aidit dan Mao dari data berjudul Notulen Rapat antara Ketua Mao dengan Pemimpin Pelbagai Partai Komunis.

Data tersebut beredar di antara ilmuwan senior China yang bisa mengakses Arsip Partai Komunis China.

Berikut adalah transkrip sebagian pembicaraan Aidit dan Mao Zedong.

Mao:
Saya pikir sayap kanan Indonesia bertekad untuk merebut kekuasaan. Apakah Anda bertekad juga?

Aidit:
[Mengangguk] Bila Soekarno meninggal, maka akan menjadi masalah soal siapa yang akan mendapat keuntungan.

Mao:
Saya sarankan Anda sebaiknya tidak terlalu sering melakukan kunjungan ke luar negeri.



Anda bisa menugaskan orang nomor dua (misalnya, wakil Anda) (di partai Anda) untuk melawat ke luar negeri.

Aidit:
Untuk sayap kanan, mereka bisa mengambil dua kemungkinan tindakan: pertama, mereka bisa menyerang kami.

Bila mereka melakukannya, kami akan punya alasan untuk membalas.

Kedua, mereka bisa mengadopsi metode yang lebih moderat dengan membangun pemerintahan Nasakom.

Tanpa Soekarno, sayap kanan akan mudah untuk memenangkan dukungan dari pihak tengah agar mengisolasi kami.

Skenario yang terakhir itu bakal menyulitkan kami.

Namun, apa pun yang terjadi, kami harus menghadapi mereka.

Amerika Serikat menyarankan Nasution untuk tidak memulai kudeta.

Ini karena, apabila dia memulai kudeta, maka sayap kiri juga bakal melakukan langkah yang sama.

Orang Amerika mengatakan kepada Nasution bahwa dia sebaiknya menunggu dengan sabar, bahkan bila Soekarno meninggal, dia (Nasution) harus fleksibel ketimbang (memulai) kudeta.

Dia setuju saran dari orang-orang Amerika.

Mao:
Itu tidak bisa dipercaya. Situasi terkini sudah berubah.

Aidit:
Dalam skenario pertama, kami merencanakan untuk mendirikan dewan militer.

Mayoritas dari komite akan diisi orang sayap kiri, namun harus juga melibatkan kaum tengah. Dengan cara ini, kami bakal membuat bingung musuh kami.

Musuh kami bakal tidak yakin soal sifat dari komite, maka komandan militer yang cenderung sayap kanan tidak akan melawan kami seketika.

Kepala komite militer bakal diisi oleh anggota bawah tanah dari partai kami, namun dia dikenal sebagai orang yang netral.

Komite militer harus tidak lama-lama. Kalau terlalu lama, orang-orang baik bakal berubah menjadi jahat.

Setelah didirikan, kami butuh mempersenjatai buruh dan tani secara tepat waktu.

Peneliti Tidak Bisa Pastikan Keterlibatan China

mao zedong dan dn aidit

sumber: Koleksi IISC Amsterdam via buku ‘G30S dan Asia’

Meski pertemuan tersebut telah terjadi, Taomo Zhou selaku peneliti, tidak bisa memastikan keterlibatan China dalam peristiwa G30S.

Pasalnya, tidak ada bukti yang sangat kuat untuk mengarah pada dugaan tersebut.

Bahkan, menurut Taomo Zhou, China tidak mengetahui momentum G30S, terutama karena tepat 1 Oktober 1965, China sedang merayakan Hari Nasional.

China baru mengetahui peristiwa G30S setelah mendapat berita dari tiga media asing, yaitu Associated Press, Agence France-Presse, dan Reuters.

Mereka hanya bisa mengetahui dari media asing karena Kantor Berita asal China, Xinhua, yang berada di Jakarta, saat itu masih terblokir.

“Yang terpenting, Mao bukanlah ‘arsitek dari kudeta’. Kelompok rahasia dalam tubuh PKI bergerak sendiri untuk membuat rencana, kemudian disampaikan oleh Aidit kepada para pemimpin China di kemudian hari, dan akhirnya pelaksanaannya di Indonesia membuat Beijing terkejut,” tulis Taomo Zhou dalam penelitiannya.

***

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Sahabat 99, ya!

Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.

Jika sedang mencari rumah di Semarang, bisa jadi Potala Semarang adalah jawabannya.

Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!




Theofilus Richard

Penulis konten | Semoga tulisanku berkesan buat kamu

Related Posts