Berita Ragam

Selain Tugu Sepeda, Inilah Deretan Pembangunan Era Anies Baswedan yang Bermasalah

2 menit

Penataan Ibu Kota di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta di setiap periodenya sering melahirkan pembangunan, seperti tugu, monumen, hingga bangunan. Seperti Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang terpilih pada 2017 sebelum pelantikannya kerap mencetuskan sejumlah ide dalam pembagunan kota. Tak jarang, pembangunan era Anies Baswedan ini kerap menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat.

Baru-baru ini ia pun mencanangkan pembangunan tugu sepeda berbentuk ban yang membutuhkan anggaran hingga Rp800 juta.

Padahal, sebelumnya ada banyak ide-ide pembangunan lainnya di era Anies.

Kira-kira apa saja, ya?

Melansir dari idntimes.com, berikut ini merupakan deretan pembangunan di DKI Jakarta selama kepemimpinan Anies yang kontroversial.

Deretan Pembangunan Era Anies Baswedan yang Kontroversial

1. Tugu Sepeda

tugu sepeda

sumber: kompas.com

Saat ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta saat dikabarkan tengah membangun Tugu sepeda yang berbentuk ban sepeda.

Kabarnya, pembangunan tugu tersebut memakan biaya sebesar Rp800 juta.

Namun demikian, pembangunan tugu itu tak luput dari kontrovesi.

Menurut anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak mengerti skala prioritas pengeluaran dan kebijakan.

“Saya melihat Pemprov DKI tidak mengerti bahwa ada skala prioritas dalam pengeluaran, kebijakan dan lain-lain. Pernyataan yang muncul juga membela membabi buta,” kata dia saat dihubungi, Jumat (9/4/2021).

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria mengatakan anggaran Rp800 juta untuk pembangunan tersebut tidak berasal dari anggaran pemerintah daerah, tetapi pihak swasta.

“Anggarannya dari pihak kewajiban swasta. Dari pihak ketiga,” ujar Riza.

2. Instalasi Bambu Getah-getih

instalasi bambu getah getih

sumber: kompas.com

Pembangunan selanjutnya adalah karya seni rupa berupa instalasi bambu getah-getih.



Beberapa waktu lalu, Anies Baswedan sempat dengan bangganya memamerkan instalasi setinggi 5.5 meter itu di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Adapun anggaran pembangunannya adalah sekitar Rp550 juta.

Karya seni hasil kreativitas sang kreator, Joko Avianto, ini digunakan hanya untuk Asian Games dan 17 Agustus saja.

Belum genap setahun, karya seni itu sudah dibongkar Kamis (18/7/2019).

3. Pembangunan JPO tanpa Atap

jpo sudriman

sumber: kompas.com

Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Bina Marga beberapa sempat mencabut atap Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat karena mereka menilai jembatan lebih bagus difoto saat tanpa atap.

Dinas Bina Marga DKI Jakarta juga menilai JPO tanpa atap bisa digunakan sebagai anjungan pandang dan dilengkapi galeri apresiasi bagi tenaga kesehatan.

Namun, demi kenyamanan dan keamanan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyarankan agar JPO dilengkapi dengan atap karena mereka menilai jembatan itu tidak memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Revitalisasi Monas

revitalisasi monas

sumber: kompas.com

Perdebatan perihal revitalisasi Monumen Nasional (Monas) juga sempat jadi bahan pembicaraan hangat di masyarakat.

Mulai dari perizinan hingga penebangan 191 pohon di jantung ibu kota negara, revitalisasi yang dicanangkan Anies Baswedan dianggap bermasalah.

Ombudsman Jakarta Raya menyatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan malaadministrasi dalam kasus revitalisasi Monumen Nasional (Monas).

Pemprov dinilai abai terkait perizinan ke Kementerian Sekretariat Negara selaku Ketua Komisi Pengarah Kawasan Medan Merdeka.

***

Nah, itulah deretan pembangunan era Anies Baswedan yang kontroversial.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Sahabat 99.

Jangan lupa pantau terus artikel menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.

Sedang mencari rumah dijual di Pulo Gadung?

Cek saja pilihannya hanya di 99.co/id.




Gadis Saktika

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.

Related Posts