Bencana banjir memang selalu menjadi masalah musiman yang menghantui banyak daerah di Indonesia, apalagi di musim hujan seperti saat ini. Itulah kenapa kita harus memerhatikan lokasi hunian kita berada. Pasalnya, tak semua tempat aman untuk dijadikan hunian!
Jika dirunut, banyak sekali faktor penyebab bencana banjir muncul di berbagai tempat tersebut.
Dimulai dari kebiasaan buruk manusia seperti buang sampah sembarangan, tidak menjaga lingkungan, hingga kondisi alam yang memang kurang sesuai.
Faktor terakhir tak bisa dipungkiri memiliki potensi yang sangat besar bagi terjadinya bencana banjir.
Itulah kenapa kita tak boleh sembarangan memilih lokasi tempat hunian kita berada.
Jangan asal murah, jangan asal enak dipandang, tapi kita juga harus memerhatikan seberapa besar tingkat keamanannya dari bencana alam.
Lalu, tempat seperti apa sih yang memiliki resiko bencana banjir yang besar dan sebaiknya dihindari?
Setidaknya, tujuh tempat berikut ini wajib Anda hindari jika ingin aman dari bencana banjir.
7 Daerah Rawan Bencana Banjir yang Terlarang untuk Membangun Hunian
1. Daerah dengan Topografi Khusus
Daerah yang pertama sangat berhubungan dengan kondisi geografis alami permukaan bumi.
Kawasan dengan topografi cekungan adalah contoh daerah yang termasuk dalam topografi khusus ini.
Tidak heran daerah cekungan memiliki resiko bencana banjir yang tinggi karena tingkat elevasinya setara atau bahkan di bawah permukaan laut.
Masih ingat dengan hukum fisika air yang selalu mengalir ke tempat lebih rendah, kan?
2. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Berdasarkan definisinya, Daerah Aliran Sungai (DAS) memang dilarang sebagai kawasan pemukiman karena merupakan jalur aliran air alami menuju penampungannya.
Namun biasanya, hanya kawasan Daerah Aliran Sungai yang melewati batas kritis saja yang sangat beresiko mengalami bencana banjir.
Ciri-cirinya di antaranya tanah tandus, rasio debit air tidak stabil ditandai dengan kondisi sungai sangat kering saat kemarau dan meluap saat hujan.
3. Bencana Banjir di Daerah Banjir Alami
Daerah banjir alami masih memiliki hubungan erat dengan tingkat elevasi yang lebih rendah dari permukaan laut.
Perbedaan utamanya, daerah banjir alami memang daerah yang berfungsi sebagai tempat penampungan air alami.
Tempat yang menjadi daerah banjir alami misalnya daerah rawa atau delta sungai.
4. Daerah Perbukitan Gundul
Secara teori, daerah perbukitan gundul memiliki resiko bencana banjir yang lebih besar dibandingkan daerah lainnya. Kenapa?
Kurangnya vegetasi di perbukitan gundul membuat laju air hujan sulit terhambat dan akhirnya melaju tak terkendali.
Bencana banjir yang mungkin terjadi bukan hanya banjir biasa melainkan banjir lumpur atau banjir bandang.
Efek kerusakannya pun jauh lebih besar karena banjir bercampur dengan material lumpur dan bebatuan.
5. Daerah dengan Sistem Drainase Buruk
Berbeda dengan daerah sebelumnya, daerah dengan sistem drainase buruk menjadi berbahaya akibat ulah manusia sendiri.
Biasanya daerah dengan sistem drainase buruk banyak ditemukan di kawasan perkotaan.
Bahayanya semakin berlipat jika ditambah dengan terbatasnya daerah resapan air dan menumpuknya sampah pada saluran air.
Akhirnya air tidak bisa masuk ke sistem drainase lalu berlari ke permukaan jalan dan pemukiman penduduk.
6. Kawasan Tepi Pantai
Kawasan tepi pantai juga memiliki tingkat bahaya yang disebabkan oleh faktor alam di sekitarnya.
Banjir di kawasan tepi pantai berbeda dan bukan disebabkan oleh tingginya hujan atau akibat kelalaian manusia.
Namun, oleh faktor alam seperti perubahan iklim, gerhana bulan, atau adanya badai tropis.
Selain banjir rob, kawasan tepi pantai mungkin akan mengalami bencana banjir yang lebih dahsyat seperti badai atau bahkan tsunami.
7. Kawasan Muara Sungai
Kawasan muara sungai tidak cocok dijadikan kawasan pemukiman karena sifat alami daerahnya sebagai tempat bermuaranya air.
Tidak heran apabila kawasan muara sungai sering meluap, apalagi jika daerah sekitarnya mengalami kerusakan.
Pada dasarnya, kawasan muara sungai juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya.
Semakin parah kerusakan di sekitar kawasan tersebut, semakin besar pula bahaya bencana banjir yang akan terjadi.
Tips Siaga Bencana Banjir Sebelum, Sesaat, dan Setelah Kejadian
Sebelum Bencana Banjir Melanda
- Biasakan diri, keluarga, dan masyarakat sekitar untuk membersihkan lingkungan sekitar.
- Mempraktikkan 3 M (Menguras, menutup, dan menimbun) pada sumber-sumber sarang nyamuk.
- Selalu membuang sampah pada tempatnya.
- Sediakan bak penyimpanan air bersih di rumah.
Ketika Banjir Melanda
- Evakuasi keluarga ke tempat evakuasi yang aman.
- Usahakan mematikan alat-alat listrik di rumah.
- Selamatkan semua dokumen dan barang-barang berharga ke tempat aman.
- Bantu buat tenda pengungsian dan dapur umum untuk warga.
- Melibatkan diri dalam pendistribusian bantuan dan makanan.
- Inisiasi pembuatan pos kesehatan bila belum ada.
- Perhatikan kesehatan, selalu minum dan gunakan air bersih sebaik mungkin.
Setelah Bencana Banjir Melanda
- Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah seoptimal mungkin.
- Segerala lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
- Jangan lupakan kaporitisasi untuk menormalisasi sumur galian.
- Inisiasi proses perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di sekitar rumah.
***
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat ya, sahabat 99!
Jangan lupa bookmark Berita 99.co Indonesia agar tak ketinggalan artikel menarik lainnya.
Sedang mencari properti? Pastikan untuk mengakses lewat 99.co/id!