Chief Technology Officer (CTO) UrbanIndo Petra Barus didapuk sebagai salah satu pembicara dalam konferensi Tech In Asia Jakarta 2017 di Jakarta Convention Center, Rabu (2/11). Di dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan materi mengenai “Clean Code and Being A Clean Coder”.
Menurut Petra, menerapkan clean code adalah hal yang harus mulai disadari oleh para programmer. Selain mudah dibaca serta dipahami, kode yang dibuat dengan “bersih” pun nantinya pun lebih mudah diganti bila diperlukan.
“Clean code punya definisi yang beragam menurut tokoh-tokoh besar di dunia software engineering. Ada yang mengatakan kode yang dibuat simpel, jelas, efisien, dan telah dites. Hal ini sendiri sangat esensial dan bisa menjadi investasi yang baik untuk membuat sebuah aplikasi,” ungkapnya
Ia menambahkan, ada beberapa kesalahan yang kerap dibuat para programmer sehingga akhirnya menghasilkan bad code. Beberapa di antaranya ialah format yang jelek dan tidak konsisten serta pemilihan nama yang sulit dimengerti. Kesalahan lain, umumnya para programmer tidak melakukan tes pada kode yang mereka buat.
“Di masa-masa awal UrbanIndo, saya melakukan fungsi sebagai programmer yang fokus meng-coding. Kira-kira saat itu kami bisa mengeluarkan dua hingga tiga fitur per minggu. Seiring waktu, saya mulai merekrut beberapa programmer. Tapi karena kebersihan kode tidak diperhatikan, produktivitas kami lama-lama menurun drastis,” ulas Petra di panggung Developer & Product Stage konferensi tersebut.
Petra mengaku, setelah fokus menerapkan clean code, sekarang penambahan fitur pun jadi lebih produktif. Sementara itu, masalah pada bugs yang dialami pun makin berkurang.
Selanjutnya, Petra mengungkapkan mengenai alasan programmer tidak menerapkan penulisan kode yang bersih. Kerap kali para programmer berkilah bahwa bukan merekalah yang membuat kode tersebut. Ada pula programmer yang beripikir bahwa melakukan tes pada kode yang dibuat bukanlah tugas mereka.
“Alasan yang paling klasik adalah mereka mereasa tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempraktikkannya,” tegasnya.
Software Craftsmanship
Agar seorang programmer dapat menjadi clean coder, attitude serta passion merupakan hal yang sangat diperlukan. Keinginan tersebut sejalan dengan culture software craftsmanship yang memiliki career ownership dan juga ingin terus meningkatkan skill dalam pekerjaanya.
“Banyak tantangannya memang, maka itu mereka juga perlu memiliki ethics untuk bisa menerapkannya seperti memiliki time management yang baik, kemampuan untuk negotiating dengan atasan, dan juga sikap untuk mau berkolaborasi,” tambahnya.
Sebagai seorang CTO, Petra sendiri sangat mendorongpara programmer-nya untuk memiliki sikap craftmanship. Langkah yang ia lakukan pertama-tama adalah dengan membagikan goal perusahaan agar dapat dipahami oleh seluruh anggota timnya.
Agar mereka bersemangat dan tertantang untuk melakukan tugasnya, ia memberikan kepercayaan dan tanggung jawab pada para programmer untuk mencapai goal tersebut dengan cara dan metode masing-masing.
“Saat mereka melakukan kesalahan, jangan berikan mereka punishment. Sebaiknya lakukan komunikasi dengan mereka untuk mengetahui letak kesalahannya. Berikan mereka ruang untuk mempelajari kesalahan untuk bisa mengembangkan diri mereka,” sambung Petra.
Menutup presentasinya, pria yang juga aktif di komunitas PHP, Javascript, dan JVM ini mengatakan, “The legend of clean code is inside yourself. Saya harapkan para developer atau programmer dapat terus terpacu untuk mendeliver kode yang memiliki kualitas tinggi.”