Sedang mencari contoh teks cerita sejarah pribadi yang menarik untuk kamu jadikan inspirasi? Yuk, lihat saja informasinya pada artikel ini!
Teks cerita sejarah adalah tulisan yang berisi penjelasan mengenai asal-usul sesuatu yang terjadi pada masa lalu.
Jenis teks ini umumnya dibuat berdasarkan kronologi waktu yang menggambarkan deretan peristiwa nyata di kehidupan.
Menurut Taufiqur Rahman dalam bukunya yang berjudul Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan struktur teks cerita sejarah terdiri atas pendahuluan atau orientasi, peristiwa atau isi, dan penutup atau reorientasi.
Adapun teks sejarah bisa dibuat berdasarkan banyak tema, salah satunya bisa berasal dari pengalaman pribadi.
Teks cerita sejarah pribadi tentunya bisa dipakai untuk mempelajari, mengamati, dan mengambil hikmah dari kejadian yang pernah terjadi.
Nah, buat kamu yang saat ini ingin mengetahui contoh teks cerita sejarah pribadi untuk kamu jadikan referensi tugasmu, yuk simak artikel ini sampai habis.
Pasalnya, Berita 99.co Indonesia telah menghadirkan contoh cerita sejarah pribadi terbaik yang bisa kamu simak dalam uraian berikut.
Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi
Contoh Teks Sejarah Pribadi Singkat 1
Pengorbanan Pendidikan untuk Adam
Saya Adam Nur Alam, biasa dipanggil Adam. Saya lahir dan besar di kota pelajar, Yogyakarta.
Sebagai anak bungsu dari enam bersaudara yang lahir pada 2 April 1991, saya “dipaksa” untuk berjuang agar bisa sekolah dan menyelesaikan pendidikan hingga lulus sekolah menengah.
Tahun 1997 adalah tahun yang tidak akan pernah terlupakan. Kakak saya yang tertua berlari-lari mengajak saya ke salah satu TK di desa yang lokasinya cukup jauh.
Saya ingat betul bahwa hari itu adalah batas akhir pendaftaran masuk TK.
Sambil mengusap keringat, kakak menyodorkan amplop warna coklat sambil sesekali memohon keringanan pada bapak tua berseragam cokelat yang saya ketahui sebagai kepala sekolah.
Saya yang tidak tahu apa-apa hanya pasrah. Setelah proses negosiasi selesai, kakak mendekati saya sambil tersenyum dan mengatakan bahwa saya sudah bisa masuk TK.
Rasa bahagia tidak terkira memenuhi rongga dada. Saya tidak menyangka bahwa anak miskin seperti saya yang sehari-hari makan nasi serta garam bisa mengenyam bangku sekolah.
Kehidupan studi saya berjalan lancar. Setiap hal yang berkaitan dengan kebutuhan sekolah pasti dipenuhi oleh kakak sekalipun harus berutang.
Saya memanfaatkan fasilitas yang diberikan kakak untuk belajar sebaik mungkin.
Saat di SD, saya memberanikan diri untuk mengikuti perlombaan di bidang matematika, mata pelajaran favorit saya. Siang malam saya berlatih agar bisa menjadi juara dan mendapatkan uang.
Para guru pun mulai melirik potensi yang saya miliki. Mereka semakin sering mengikutkan saya pada ajang perlombaan di tingkat kabupaten, bahkan nasional.
Hasilnya pun tidak pernah mengecewakan.
Mungkin itu lah yang membuat saya dapat diterima di SMP tanpa tes dengan mudah. Rasa bangga diterima di salah satu SMP favorit kabupaten membuat saya semakin giat belajar.
Selama menempuh studi di sana pun saya selalu mendapatkan peringkat pertama.
Setelah menyelesaikan studi di SMP, saya meneruskan pendidikan di SMA dengan beasiswa dari pemerintah kabupaten.
Prestasi saya selama di SMA juga tidak jauh berbeda dengan prestasi saat berada di SMP. Sama-sama membanggakan.
Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi tentang Persahabatan 2
Usaha Takkan Mengkhianati Hasil
Aku memiliki seorang sahabat yang setia denganku sejak aku kecil, namanya Gita sedangkan namaku Gina sehingga teman-teman sering memanggil kami berdua dengan sebutan Gigi.
Sejak kecil kami selalu bersama karena kami juga bertetangga dekat. Aku seperti anak bagi orang tuanya dan dia seperti anak bagi orang tuaku.
Saat kami berdua masuk kuliah di kampus yang sama, tidak ada satu pun dari kami yang bisa mengendarai sepeda motor. Saat itu ayahku bilang kalau salah satu dari aku dan Gita tidak bisa menghendaki sepeda motor dalam dua pekan, maka berangkat dan pulang kuliah harus naik angkot, tidak boleh antar jemput. Begitu pun dengan apa yang dikatakan orang tua Gita.
Padahal, akan sangat ribet jika ke kampus pakai angkot karena jarak rumah ke sekolah cukup nanggung, agak dekat tetapi juga agak jauh.
Maka, setelah diberi ultimatum itu, setelah pulang kuliah, kami mulai latihan naik motor di lapangan belakang rumah diajari oleh kakak Gita yang bernama Kak Gito. Sebelumnya aku sudah bisa menaiki sepeda roda dua jadi saat itu aku sangat yakin dan percaya diri bahwa aku bisa mengendarai sepeda motor dengan mudah. Sementara sahabatku, Gita, tidak bisa sepeda sama sekali.
Namun ternyata untuk melakukannya tidak semudah yang aku pikirkan. Di hari pertama kami belajar sepeda motor, ternyata aku jatuh berkali-kali, apalagi Gita. Untung saja kami pakai motor butut milik ayah Gita yang sangat jarang dipakai. Kami latihan gantian. Ayah dan ibuku hanya melihat kami belajar sepeda motor dari kejauhan.
Keesokan harinya adalah hari libur, jadi aku dan Gita sangat bersemangat untuk latihan sepeda motor dari pagi hari. Di hari kedua latihan sepeda motor, ternyata Ayah turun tangan membantuku ikut naik motor denganku, jadi aku tinggal mengikuti instruksinya saja.
Namun ketika ayah melepasku sendiri, aku terjatuh lagi dan lagi. Gita hanya mentertawakanku, padahal dia juga belum bisa. Meskipun begitu kami tidak menyerah dan terus semangat. Bahkan kami latihan sepeda hampir seharian lupa makan.
Kami berlanjut belajar di hari-hari selanjutnya tanpa didampingi. Tepat di hari ketiga, aku ada peningkatan karena sudah mulai bisa menjaga keseimbangan.
Meski cuaca panas, aku dan Gita tetap bersemangat dan latihan sambil tertawa riang. Aku sangat bahagia dan langsung memberitahu kedua orang tuaku bahwa aku sudah bisa menaiki sepeda motor.
Namun kata ayahku, aku harus bisa menaikinya dengan lancar tidak hanya sebatas itu saja. Pada hari ketiga ini kami mulai merasa lelah karena kami berpikir bahwa mengendarai sepeda motor dengan lancar itu benar-benar sulit.
Di hari selanjutnya, kami latihan sepeda motor bersama di jalanan dekat sawah samping rumahku. Aku sangat bersemangat karena kala itu aku sudah mulai lancar mengendarai motor.
Meski begitu, Gita terus menemaniku di hari-hari selanjutnya. Saat aku sudah lancar, aku pun berteriak kegirangan karena aku yakin bahwa aku bisa pergi ke kampus bersama Gita membawa motor.
“Yeay Gita lihat! Aku sudah lancar bawa motor!” Namun saat aku berteriak ternyata aku kehilangan kendali dan motor ayah Gita masuk ke sawah bersamaku juga, “Bruuuukkkk!”. Gita mentertawaiku karena tubuhku dipenuhi dengan lumpur. Aku pun menarik Gita untuk ikut tercebur ke sawah.
Aku tidak menyangka bahwa di saat aku sudah cukup lancar naik sepeda justru aku jatuh masuk ke sawah. Ayahku menolong kami dan membawa kami ke rumah, kemudian ayah berkata bahwa aku tidak usah belajar sepeda lagi karena aku jatuh ke sawah. Ibuku memarahiku karena aku tidak berhati-hati saat latihan, dan melarangku juga untuk latihan. Gita meyakinkan ayah dan ibuku bahwa aku sudah cukup lancar.
Keesokan harinya, Gita tetap menemaniku latihan dan orang tuaku tetap melarangku. Namun Gita memohon supaya diperbolehkan. Saat itu aku langsung latihan ditemani Gita dan ayahku melihat aku sudah cukup lancar.
Aku melihat ayah dan ibuku memperhatikanku dari teras rumah sambil berkata, “Wah ternyata anak Ayah sudah lancar sepeda toh. Minggu depan sepertinya bisa nyoba bikin SIM biar bisa ke kampus naik motor bareng Gita.” Mendengar kalimat itu kami langsung senang sekali.
Aku dan Gita, sahabatku, ternyata memiliki pengalaman yang sangat seru dan tak terlupakan. Padahal ayahku dan ayah Gita memberiku tantangan selama dua pekan, tetapi aku bisa cukup lancar mengendarai motor tidak lebih dari dua pekan.
Pengalamanku bersama Gita saat belajar motor sangatlah terkenang, apalagi sampai masuk sawah. Tentu tak terlupakan.
Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi tentang Sekolah 3
Perjuangan Pendidikanku
Saya dilahirkan dengan nama Aurum Mayangsari di Bandung pada 17 Januari 1990. Nama tersebut diberikan oleh mendiang ayah dengan tujuan agar saya bisa berkilau layaknya emas.
Ibu saya adalah TKI di Malaysia yang sudah beberapa tahun tidak pernah memberi kabar.
Sejak kecil ayah selalu mendidik saya dengan sangat keras. Tujuan beliau baik agar saya tetap semangat belajar dan tidak menyia-nyiakan pengorbanan beliau.
Pekerjaan ayah sebagai loper koran nyatanya bisa membawa saya sampai bangku Perguruan Tinggi.
Meskipun pada prosesnya hampir setiap hari saya harus bermandikan peluh untuk belajar dan mencari tambahan biaya.
Saya mulai menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Mulia Bahagia yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah.
Sejak kecil, ayah membiasakan saya untuk mandiri, sehingga saat berangkat ke TK pun saya tidak diantar tetapi naik sepeda butut yang rantainya kadang bisa lepas sendiri.
Saya bukan anak yang manja meskipun hidup dalam kondisi yang terbatas.
Setelah dua tahun di TK, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar Melati yang lokasinya lebih jauh daripada TK.
Kehidupan yang tidak kunjung membaik membuat saya harus tetap berjuang agar bisa menyelesaikan studi.
Jika teman-teman di kelas rajin dibawakan bekal orang tuanya, saya justru membuat bekal sendiri dan menjualnya pada teman lain yang tidak membawa makanan.
Selain bisa menambah uang saku, saya juga bisa latihan memasak dan membuatkan ayah sarapan.
Pemikiran saya saat SD sudah jauh lebih dewasa dibandingkan teman-teman seumuran. Saat berada di SMP pun kebiasaan mandiri dan tidak mengandalkan orang lain masih tetap melekat.
Ayah mulai membebaskan saya untuk melakukan apa yang saya inginkan.
Teman-teman di SMP tahu bahwa saya anak yang kurang mampu dari segi finansial.
Namun, dari segi prestasi tidak bisa dianggap remeh. Berkali-kali saya menjadi juara kelas dan memenangkan perlombaan sampai tingkat provinsi.Prestasi saya itu lah yang membawa saya untuk bisa masuk SMA favorit di kota.
Karena lokasi SMA yang cukup jauh sampai belasan kilometer, saya memutuskan untuk tinggal di kost. Untunglah ayah mendukung saya sepenuhnya.
Kini, saya sudah duduk di Perguruan Tinggi. Pengorbanan ayah yang rela menahan lapar demi bisa mengirimi saya uang sewa kost masih terus membekas.
Saya tidak pernah merasa lelah jika harus belajar sampai larut malam.
Jika nantinya saya menjadi orang sukses dan berkilau layaknya emas, orang pertama yang akan saya bahagiakan adalah ayah.
***
Nah, itulah contoh teks cerita sejarah pribadi yang bisa kamu jadikan referensi.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kamu ya, Property People.
Jangan lupa baca artikel menarik lainnya di Google News Berita 99.co Indonesia.
Apakah kamu saat ini sedang mencari rumah mewah di Kawasan Bandung?
Bisa jadi Dago Village adalah tempat yang ideal untuk dipilih.
Selengkapnya, kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com karena kami akan selalu #AdaBuatKamu.