Ceramah singkat tentang ikhlas sering kali menjadi topik yang dibahas ketika berdakwah atau acara keagamaan lainnya. Namun, masih banyak yang kesulitan bagaimana cara membuatnya. Simak contohnya secara lengkap, ya.
Melansir Kemendikbud, ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya.
Tujuan ceramah adalah memberikan nasihat dan petunjuk-petunjuk kepada audiensi yang bertindak sebagai pendengar.
Dengan kata lain, ceramah menjadi sarana atau media untuk memberikan nasihat atau petunjuk yang bertujuan meyakinkan pendengar, Property People.
Ceramah yang disampaikan dengan baik dan benar akan memberikan kesan positif bagi yang mendengarkannya.
Dalam berceramah, audiens tentunya berharap dengan materi ceramah yang menarik dan berilmu.
Nah, salah satu materi yang dapat kamu sampaikan adalah ceramah tentang ikhlas.
Topik ceramah tentang ikhlas sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, lo.
Yuk, simak teks ceramah tentang ikhlas di bawah ini!
7 Ceramah Singkat tentang Ikhlas Beserta Dalilnya
1. Ceramah Singkat tentang Ikhlas
2. Ceramah tentang Sabar dan Ikhlas
3. Ceramah Singkat tentang Ikhlas dalam Beribadah
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah Swt.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw.
Tidak lupa juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
Para hadirin yang saya hormati. Senang sekali hati ini dapat berkumpul bersama dalam maqom yang sangat mulia yaitu majelis ilmu ini.
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang “Beribadah kepada Allah harus dengan hati yang ikhlas”.
Bapak ibu sekalian. Bukankah kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah? Semua pasti tahu itu. Tetapi, ibadah tidak hanya sekedar ibadah. Ibadah kepada Allah harus dengan hati yang ikhlas.
Apa maksudnya ikhlas dalam beribadah? Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Bayyinah ayat 5.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Artinya: Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang luruh (benar).
Para hadirin yang saya hormati. Ayat tersebut menjelaskan kepada kita beberapa hal.
Pertama, Allah hanya memerintahkan makhluknya untuk beribadah hanya kepada Allah.
Kedua, ibadah seseorang haruslah ikhlas, artinya bersihnya ibadah kita dari hal-hal yang dapat merusaknya.
Misalnya riya dan sum’ah.
Keduanya adalah di antara hal-hal yang dapat merusak amal ibadah kita.
Ketiga, bukti ibadah kita yang ikhlas adalah melaksanakan shalat dan menunaikan zakat pada waktunya.
Itulah agama Allah. Iman yang dibuktikan dengan amal soleh yang terwujud dalam shalat, zakat, dan syariat Islam lainnya.
Para hadirin yang saya hormati. Semoga cermah singkat tentang ikhlas ini ada manfaatnya.
Akhir kata saya ucapkan maaf dan terima kasih.
**Sumber: muqoddimahku.com
4. Teks Ceramah Tentang Ikhlas
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh…
Yang paling utama, adalah ucapan puji dan syukur kepada Allah Swt. yang selalu mencurahkan rahmat dan keberkahan di hidup kita semua.
Allah Swt. juga selalu melimpahkan segala nikmat yang tak terbatas, misalnya nikmat sehat, sehingga kita bisa berkumpul di sini hari ini.
Shalawat dan salam juga tersampaikan kepada Nabi Muhammad saw., sehingga kita bisa hidup dengan pedoman dan petunjuk dalam agama Islam hingga saat ini.
Sahabat muslim yang dirahmati oleh Allah, saya ingin menyampaikan ceramah singkat mengenai ikhlas di dalam kehidupan.
Ada banyak dimensi bentuk ikhlas di dalam kehidupan kita, yaitu ikhlas dalam melakukan pekerjaan, ikhlas dalam melakukan ibadah, ikhlas dalam beramal, dan masih banyak lagi.
Di dalam konteks ibadah, bersikap ikhlas adalah menjalankan ibadah dengan penuh rasa ikhlas karena Allah Swt. dan bukan karena sikap lainnya.
Seperti hanya ingin dipuji, supaya dilihat oleh orang lain, atau ingin terlihat soleh saja. Tapi benar-benar beribadah karena Allah.
Dalam surat Al-Baniyah ayat 5 Allah SWT berfirman:
“Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk mengikhlaskan agama untuk-Nya.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus berlaku ikhlas dalam beragama.
Jika tidak dilandasi dengan keikhlasan, maka agama yang kita anut saat ini akan menjadi lebih runyam.
Seolah tidak ada efek atau hal yang membekas dari agama itu sendiri.
Banyak orang jadi sibuk dengan urusan dunianya dan tidak menempatkan agama sebagai sesuatu yang utama dalam hidupnya.
Semoga kita dihindarkan dari sikap-sikap seperti itu.
Dengan melakukan ikhlas dalam beragama, maka segala urusan dalam hidup akan menjadi lebih baik, lebih tenang, dan lebih terang, sehingga beragama menjadi lebih mudah.
Sikap ikhlas ini sangat penting untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, karena segala amalan yang tidak disadari dengan sikap ikhlas, maka tidak akan sah di mata Allah Swt.
Semakin ikhlas seseorang dalam melakukan amal kebaikan, maka akan semakin besar juga balasan yang diterima oleh kita dan amalan itu pun akan semakin bernilai di mata Allah Swt.
Maka, pupuk dan latihlah diri kita untuk bersikap ikhlas di dalam segala hal.
Sekian ceramah singkat mengenai ikhlas ini, semoga apa yang saya sampaikan hari ini berguna dan bermanfaat untuk kita semua.
Wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
**Sumber: sahabatmuslim.id
5. Contoh Ceramah Singkat tentang Ikhlas
Sumber: islamhouse.com
6. Ceramah Singkat tentang Ikhlas Beserta Dalilnya
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hadirin rohimakumulloh
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta berkah-Nya kepada kita, umat Islam. Shalawat dan salam kita curah limpahkan kepada junjunan alam Nabi Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, dan semua pengikutnya.
Hadirin rohimakumulloh.
Syarat diterimanya ibadah adalah rasa ikhlas sebagaimana firman Allah Swt:
وَلَـقَدۡ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ وَاِلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ لَٮِٕنۡ اَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65).
Dengan ikhlas kita tidak akan tersesat ke jalan yang tidak diridhoi Allah, tidak akan menjadi orang yang riya’ atau sombong, karena sombong itu merupakan sifatnya setan. Syaitan berkata:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (٣٩) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (٤٠)
“Ya Tuhanku, oleh karena Engkau telah menetapkanku sesat, sungguh akan kuusahakan agar anak manusia memandang indah segala yang tampak di bumi dan aku akan sesatkan mereka semua. Kecuali hamba-hambaMu dari antara mereka yang ikhlas. (QS.Al-Hijr: 39-40).
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi, jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil.
Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya’ akan menyebabkan amal tidak nikmat.
Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa. Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah Swt., melainkan dengan sikap riya’ atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah Swt.
Hadirin rohimakumulloh.
Menurut bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan menurut istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran.
Dengan demikian, muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan.
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dan yang berkarakter seperti itulah yang mempunyai semboyan “Allahu Ghayaatunaa”, yang artinya Allah adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi kehidupan.
Hadirin rohimakumulloh.
Rasulullah saw. pernah bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama, cukup bagimu amal yang sedikit.” Dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”
Dari beberapa contoh hadis di atas menunjukkan bahwa ikhlas itu memang sangat penting bagi muslim dalam melaksanakan ibadah, karena tanpa rasa ikhlas dan hanya mengharap ridha dari Allah Swt ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan, billahi taufiq wal hidayah, Wa ‘alaikumus salam wa rahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: jabar.kemenag.go.id
7. Ceramah Ikhlas
Ikhlas Adalah Ruh Amal
Puji dan syukur marilah kita haturkan kepada Allah swt. karena atas limpahan rahmat dan karunianya kita semua bisa kembali melaksanakan sholat jumat berjamaah.
Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarganya, para sahabatnya, dan juga kepada umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan yang mulia ini, izinkan saya berwasiat khususnya kepada diri pribadi, umumnya kepada para jama’ah sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan kertakwaan kita kepada Allah swt. dengan menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Rasulullah saw. pernah berpesan kepada salah satu sahabatnya, Abu Dzar al-Ghifari, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Nashaihul ‘Ibad yang disyarahi oleh Syekh Nawawi Al Bantani.
“Wahai Abu Dzar, perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam; ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh; ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, dan ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti.”
Pesan rasulullah dalam hadis ini memiliki makna tersirat yang begitu mendalam. Ada makna tersembunyi pada kata-kata kiasan yang ada di dalamnya. Nasihat ini, sejatinya tak hanya ditujukan kepada sahabt Abu Dzar, melainkan juga kepada umat Islam pada umumnya dan sepanjang zaman. Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa perintah tersebut untuk memperharui perahu itu dimaknai sebagai menata niat.
Niat merupakan hal yang sangat fundamental dalam setiap perbuatan umat manusia. Sebelum seseorang berlayar, ia harus memastikan tunggannya dalam kondisi siap dan aman; memeriksa mesin, mempertimbangkan cuaca, dan kondisi lainnya demi lancarnya perjalanan. Begitu juga dengan hubungan niat dan amal. Artinya, bahwa seseorang yang ingin melakukan sesuatu hendaklah membuat rencana dan tujuan yang matang dan bagus. Selain itu juga memantapkan langkahnya. Adanya niat dalam diri seseorang juga akan membantu seseorang untuk tetap fokus pada arah yang telah ditetapkan, yakni untuk mencari ridha Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin jama’ah rohimakumullah.
Dalam kitab Ta’limul Muta’allim Karya Syekh Azzanuji disebutkan, “Banyak perbuatan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi perbuatan ukhrawi lantaran niat yang bagus. Banyak pula perbuatan yang terlihat sebagai perbuatan ukhrawi bergeser menjadi perbuatan duniawi lantaran niat yang buruk.”
Nasihat selanjutnya adalah akhlishil a‘amal, murnikanlah perbuatanmu hanya untuk tujuan mencari dan mendapatkan ridha Allah semata. Dalam bahasa fiqih, ikhlas memang tak menjadi salah satu rukun yang mesti dilakukan.
Akan tetapi ikhlas adalah “ruh amal” yang menentukan apakah suatu amal memiliki harga atau tidak di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Sumber: Muhammad Irfai Muslim/Buku Dakwah Islam Rahmatan Lil’Alamin
***
Itulah kumpulan ceramah singkat tentang ikhlas.
Semoga bermanfaat, Property People.
Jangan lupa, baca artikel seputar tema ceramah lainnya di Berita.99.co.
Pastikan juga kalau kamu sudah mengikuti Google News Berita 99.co Indonesia untuk mendapatkan informasi terbaru.
Tertarik punya rumah dengan harga terjangkau?
Cek hanya melalui portal www.99.co/id.
Kini, cari rumah ternyata #segampangitu karena kami akan memberikan rekomendasi rumah terbaik dan terlengkap.