Berita Berita Properti

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Rp27 Triliun, Total Investasi jadi Rp114 Triliun!

2 menit

Nilai investasi proyek kereta cepat Jakarta Bandung membengkak US$1,9 miliar atau setara Rp27 triliun sehingga total investasi yang diperlukan pun meningkat. Apa penyebabnya?

PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyatakan bahwa nilai investasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung meningkat.

Sebelumnya, nilai investasi yang dibutuhkan sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,67 triliun.

Namun, melansir CNNIndonesia, nilai proyek membengkak menjadi US$8 miliar atau setara Rp114,24 triliun!

Nilai estimasi tersebut hanya turun sedikit dari perkiraan awal sebesar US$8,6 miliar atau Rp122,8 triliun.

Hal ini diketahui saat rapat bersama Komisi VI DPR, Rabu (1/9/2021).

“Tadi perkiraannya berkembang menjadi US$8,6 miliar, waktu itu diestimasi pada November 2020 oleh konsultan KCIC (PT Kereta Cepat Indonesia China),” kata Direktur Keuangan & Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya.

Estimasi peningkatan biaya proyek tidak setinggi sebelumnya.

Hal ini karena perusahaan telah melakukan efisiensi dengan memangkas biaya, pembangunan stasiun, dan lainnya.

Di sisi lain, dia mengaku bahwa kebutuhan investasi proyek bakal meningkat karena pemerintah belum menyetor modal awal senilai Rp4,3 triliun.

Padahal, setoran tersebut seharusnya dilakukan sejak Desember 2020.

Jumlah itu belum termasuk estimasi tanggung jawab sponsor dalam membiayai pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar Rp4,1 triliun.

Penyebab Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Membengkak

kereta cepat jakarta bandung

Sumber: katadata.co.id

Melansir Kompas.tv, ada beberapa penyebab mengapa proyek kereta api cepat Jakarta Bandung membengkak.

Hal ini terjadi pada biaya konstruksi yang mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu sekitar US$600 juta hingga US$1,25 miliar.



Kemudian, pembebasan lahan sebesar US$300 juta.

“Ini memang tough sekali, karena jalurnya banyak dan luas. Masalah lahan juga melewati daerah komersial, bahkan ada kawasan industri yang direlokasi dan ini costly sekali untuk penggantiannya,” kata Salusra.

Kenaikan lainnya adalah biaya keuangan mencapai US$200 juta karena beban bunga pinjaman yang besar akibat keterlambatan proyek.

Lalu kenaikan biaya pra-operasi dan head office sebesar US$200 juta di antaranya untuk biaya konsultan keuangan, pajak, dan hukum.

Ada juga biaya lainnya yang naik US$50 juta seperti biaya keperluan sinyal yang bekerja sama dengan Telkomsel.

Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan estimasi kebutuhan dana investasi proyek kereta cepat yang meningkat berpotensi membebani keuangan negara.

Potensi muncul dari hasil kajian konsultan independen.

“Apa yang akan terjadi dengan pola operasi kereta cepat ini apabila dibiarkan seperti ini? Kekhawatiran Bapak sekalian akan membebani keuangan negara, persis akan terjadi,” kata Didiek pada kesempatan yang sama.

Audit Investigatif Proyek Kereta Cepat

Melansir inews.id, Didiek Hartantyo pun sepakat dengan usulan Komisi VI DPR agar dilakukan audit investigatif terhadap proyek tersebut.

Pihaknya sudah membicarakan hal ini pada Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN.

KAI juga usul legislator menjadwalkan pertemuan tertutup agar persoalan pada proyek tersebut bisa dikaji lebih mendalam.

Pihaknya dapat mengundang konsultan secara faktual untuk mengetahui apa yang terjadi.

“Apa yang sudah terjadi dan apa yang dilakukan ke depan. Karena ada beberapa hal yang tidak perlu diketahui oleh publik,” kata Didiek.

Bagaimana menurutmu, Sahabat 99?

***

Semoga bermanfaat, ya!

Simak artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Jangan lupa, kunjungi www.99.co/id untuk menemukan ragam proyek menarik.

Salah satunya Ciputra Cibubur!




Ilham Budhiman

Lulusan Sastra Daerah Unpad yang pernah berkarier sebagai wartawan sejak 2017 dengan fokus liputan properti, infrastruktur, hukum, logistik, dan transportasi. Saat ini, fokus sebagai penulis artikel di 99 Group.

Related Posts