Berita Ragam

Inilah Alasan Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Dibunuh PKI. Masuk Akal?

2 menit

Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) masih selalu dikenang karena banyak menyimpan teka-teki sampai saat ini. Adapun hal yang masih dipertanyakan adalah peran Presiden ke-2 RI, Soeharto dalam peristiwa tersebut.

Di antara berbagai teori tentang G30S, ada yang meyakini Soeharto merupakan dalang di balik peristiwa G30S.

Teori tersebut didukung sebuah pertanyaan sederhana, “Mengapa Soeharto tidak ikut diculik dan dibunuh oleh PKI seperti jenderal-jenderal lainnya?”

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu dipahami lebih dulu keadaan politik yang melatarbelakangi peristiwa G30S PKI itu, ya.

Alasan Terjadi Peristiwa G30S

cakrabirawa pki

sumber: seputartangsel.pikiran-rakyat.com

Melansir dari kompas.com, perpecahan G30S dipicu dari kabar burung yang mengatakan adanya sekelompok jenderal yang hendak mengudeta Presiden Sukarno.

Peter Kasenda dalam Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI (2016) menulis, PKI mendapat informasi ini dari rekan mereka di militer yang merupakan simpatisan PKI.

Militer saat itu terbelah menjadi beberapa faksi yang saling memperebutkan pengaruh dan kekuasaan.

Dengan keadaan tersebut, saat itu ada faksi yang setia kepada Sukarno dan ada yang tidak.

Nah, faksi yang condong berkhianat itulah diyakini Dewan Jenderal, pihak yang ingin menyingkirkan Sukarno bersarang.

Atas dasar keyakinan ini, para perwira militer yang loyal kepada Sukarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta, seperti

  • Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya);
  • Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa);
  • dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).

Dalam pergerakannya, mereka diketahui berencana “menculik” para jenderal dan membawanya ke hadapan Presiden Sukarno.

Namun, rencana ini gagal total karena persiapannya tidak dilakukan dengan matang dan akhirnya para jenderal malah dibunuh.

Mengapa Soeharto Tidak Ikut Dibunuh?

soeharto dicurigai simpatisan pki

Dalam kesaksiannya kepada Mahkamah Militer, Latief membeberkan alasannya tidak memasukkan nama Suharto.



“Karena kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran,” kata Latief seperti dikutip dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang (2010).

Soeharto sendiri mengakui ia bertemu dengan Latief menjelang peristiwa G30S.

Namun ia memberikan kesaksian yang berganti-ganti.

Dalam wawancara dengan Der Spiegel pada 19 Juni 1970, Soeharto mengaku ditemui di RSPAD Gatot Subroto oleh Latief pada malam 30 September 1965.

Soeharto tengah menjaga anak bungsunya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy yang dirawat karena luka bakar akibat ketumpahan sop panas.

Namun katanya, Latief tidak memberi informasi apa-apa, malah akan membunuhnya saat itu juga.

“Dia justru akan membunuh saya. Tapi karena saya berada di tempat umum, dia mengurungkan niat jahatnya itu,” kata Soeharto.

Namun dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1988), Soeharto mengaku hanya melihat Latief dari kejauhan dan tak sempat berinteraksi.

Soeharto Malah Menjadi Pahlawan

soeharto dicurigai simpatisan pki

sumber: merdeka.com

Setelah peristiwa G30S, suasana negara Indonesia saat itu semakin memanas.

Ya, PKI dianggap sebagai dalang dan Presiden Sukarno juga tak melakukan apa-apa.

Masyarakat sipil, mahasiswa, dibantu tentara, menggelar berbagai demonstrasi besar-besaran menuntut PKI dibubarkan dan ekonomi diperbaiki.

Soeharto yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Darat meminta Sukarno diberi kuasa untuk mengatasi keadaan.

Permintaan yang dikenal dengan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) itu membuka jalan bagi Soeharto untuk mengambil kekuasaan dari Sukarno, dan sosoknya dianggap sebagai pahlawan.

Dengan kekuasaan yang dipegangnya, ia menumpas PKI dan menjadi presiden.

Lalu, hal yang perlu kita sadari, kekejaman yang sesungguhnya terjadi belakangan adalah setidaknya 500.000 orang yang dituduh PKI atau simpatisannya dihabisi di berbagai penjuru Indonesia.

***

Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Sahabat 99.

Jangan lupa pantau terus artikel menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.

Sedang mencari rumah dijual di Ponorogo?

Cek saja pilihannya hanya di 99.co/id.




Gadis Saktika

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Follow Me:

Related Posts