Baru-baru ini viral di media sosial terkait sejumlah santri tak mau dengarkan musik ketika antre menunggu vaksin. Pasalnya, santri-santri tersebut merupakan calon penghafal Al-Qur.’an. Hal ini sontak menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan. Bagaimana pandangan menurut beberapa pakar?
Kejadian yang belum lama berlangsung itu pun mendapat sorotan dari sejumlah pakar terorisme lantaran adanya anggapan bahwa perilaku para santri tersebut berkaitan dengan sikap teroris.
Melansir Republika.co.id, pakar terorisme, Nur Huda Ismail, yang saat ini mengajar di Universitas Nanyang Singapura mengatakan jika anggapan itu merupakan sesuatu yang berlebihan.
Bahkan, pendapat tersebut bisa jadi menimbulkan Islamofobia yang akut di Indonesia.
Menurut penuturannya, memang ada sekelompok Islam yang suka berperilaku seperti itu dan biasanya ada di kelompok berpaham salafi.
Namun, dalam konteks santri penghafal Al-Qur.’an, hal tersebut juga kerap ditemui.
“Ini dilakukan untuk menjaga hafalannya,” ucapnya kepada Republika.
Sang pakar pun menambahkan, soal menghafal Al-Qur.’an, terdapat pesan dari Imam Nawawi yag mengatakan jika ingin bisa dan mudah menghafal Al-Qur.’an, maka telinga digunakan hanya untuk mendengarkan hal yang baik.
“Nah, kalau para santri itu menyamakan hal-hal tak layak didengarkan oleh telinga sebagai cara untuk menghafal Al-Qur.’an itu musik, ya, pilihan mereka, hak asasi mereka. Jadi, jangan dipandang sini,” bebernya.
Jangan Dipandang Berlebihan
Sementara itu, pengamat terorisme lainnya dari UI, Al Chaidar Abdurrahman Puteh, senada dengan apa yang disampaikan oleh Nur Huda Ismail.
Ia menyebut tindakan santri tak mau dengarkan musik dan menutup telinga saat hendak melakukan vaksinasi jangan dipandang berlebihan.
Apalagi, katanya, sampai menyebut mereka sebagai calon anggota teroris, Taliban, ISIS, Alqaeda, dan sejenisnya.
“Itu tuduhan ngaco. Apa-apaan kok menarik-narik pada soal teroris? Di situ yang benar itu tindakan konservatisme biasa yang berangkat dari kultur santri biasa,” ucapnya.
“Lazimnya mereka santri tahfidz biasa. Mereka memang menjaga sekali pendengarannya agar setoran bacaan yang dihapalnya tak hilang,” lanjut Al Chaidar.
Terkait Hak Asasi
Masih menurut Al Chaidar, sikap berlebihan dengan menuduh soal-soal konservatisme terkait dengan terorisme justru akan berakibat negatif.
Pasalnya, bakal ada pihak yang akan merasa hak asasinya dikurangi.
“Para santri itu, misalnya, mereka kan merasa berhak, itu kuping-kuping dia, kok yang lain pada ribut. Perkara ridak mau dengar bunyi atau musim ini dan itu kan haknya,” ucap Al Chaidar.
Menurut Al Chaidar, dalam Islam, mendengarkan musik hukumnya khilfiyah atau diperdebatkan.
***
Semoga informasinya bermanfaat, Sahabat 99.
Simak terus artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah dijual di Depok?
Kunjungi www.99.co/id untuk mendapatkan info paling lengkap.