Memilih sebuah properti untuk investasi ternyata susah-susah gampang. Kadang, banyak tahapan yang tidak dihiraukan oleh para investor. Kadung membeli, bukannya mendapat untung malah buntung. Lokasi, memang menjadi faktor kunci dalam pertimbangan memilih properti untuk investasi. Tapi, tidak selamanya faktor lokasi juga memegang peranan yang dominan. Setidaknya ada 3 tahapan kesalahan dalam investasi properti yakni prapembelian, pembelian dan pascapembelian.
Agar tidak salah memilih properti, berikut 3 tahapan kesalahan dalam investasi properti yang harus dihandiri para investor.
Prapembelian
Prapembelian atau sebelum pembelian memegang peranan vital. Di sinilah awal mula perjalanan properti di mulai. Kesalahan dalam prapembelian adalah tidak survey harga. Kadang-kadang, investor, terutama pemula, langsung saja membeli sebuah properti tanpa menyelidiki harganya. Apakah murah atau mahal? Si investor ini tidak tidak membandingkan harga antar satu properti dengan properti lainnya. Akibatnya tentu fatal. Jika investor membeli dengan harga yang sudah over price, tentu akan sulit untuk menjualnya kembali. Dalam konsep investasi, membeli semurah mungkin dan menjual semahal mungkin.
Kedua, memilih lokasi yang tidak tepat. Kita tentu mengenal istilah sunrise dan sunset properti. Nah, daerah-daerah sunset properti (daerah tidak berkembang) inilah yang dipilih si investor. Di tengah kota misalnya. Ada pula kesalahan lokasi sehingga propertinya sulit laku. Ada yang membeli di daerah rawan tawuran, banjir. Bisa juga, kawasan properti yang dibeli ternyata kumuh dan jorok. Ini tentunya menjadi kesalahan fatal.
Ketiga, membeli saat peak. Masa peak adalah di mana membeli properti di saat properti sedang booming-booming-nya. Di sini, tentu harga sudah sangat sudah sangat mahal sehingga dapat dikatakan seorang investor itu telat. Ketiak membeli di saat booming, para investor seharusnya berlomba-loma untuk menjual, bukannya membeli. Karena kadung membeli, si investor pun susah menjualnya karena harga sudah terlalu mahal.
Masa Pembelian
Di masa-masa buying properti, investor juga kerap kali terjerembab pada kesalahan. Pertama, investor tidak menggunakan jasa notaris. Menggunakan jasa notaris (biasanya 1% dari nilai properti) begitu penting untuk menjaga keabsahan atau legalitas properti kamu.
Kedua, investor tidak langsung balik nama (rumah sekunder). Ini tentu sangat menyulitkan para investor jika ingin menjual properti tersebut. Untuk itu, jika membeli sebuah properti sekunder, ada baiknya si investor langsung melakukan balik nama sehingga ketika ingin menjualnya kembali tidak repot.
Pascapembelian
Di masa-masa after sales, investor pun tak luput dari kesalahan. Kesalahan pertama adalah tidak melakukan maintenance, padahalnya adanya biaya khusus untuk properti miliknya adalah sangat penting. Fungsinya tentu untuk menjaga agar properti yang dimiliki investor tetap terawat sehingga ketika ingin dijual, harga properti itu tidak anjlok .
Kedua, tidak melakukan make over. Ya, untuk menjual properti kembali, melakukan make over agar perabotan-perabotan dan instalasi tetap kinclong dan berfungsi dengan baik adalah sangat penting. Bisa-bisa, perjanjian jual-beli bisa batal lantaran masalah sepele misalnya kran air tidak berfungsi atau karatan.
Ketiga, menjual di saat masa lesu. Menjual properti di masa-masa sulit tentu menjadi kesalahan para investor yang cukup fatal. Hal ini lantaran harganya tentu akan sangat murah saat menjual. Di masa low ini, seharunya investor mencari properti-properti yang murah bukan malah menjualnya.